
Kukar, infosatu.co – Pesta Laut Pesisir Nusantara 2025 di Kuala Samboja tak sekadar pelestarian tradisi, tapi juga motor penggerak ekonomi lokal lewat seni, budaya, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Selama empat hari penuh, sejak 3 hingga 6 April 2025, laut Samboja menjadi pusat perayaan adat dan geliat ekonomi masyarakat pesisir.
Tradisi tahunan ini melibatkan prosesi adat melarung dan berlimbur sebagai ungkapan syukur atas limpahan hasil laut.
Event ini telah menjadi agenda budaya sejak 2018, dan kini dikemas lebih semarak dengan pertunjukan seni, keterlibatan komunitas lokal, serta partisipasi pelaku usaha kecil.
Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar, Zikri Umulda, menjelaskan bahwa nilai spiritual tetap menjadi poros utama dalam pelaksanaan festival.
“Fokus utama acara adalah prosesi adat melarung dan berlimbur,” ujar Zikri saat dihubungi infosatu.co melalui gawai, Sabtu, 5 April 2025.
Ia menerangkan, acara dimulai dengan injak bara api sebagai simbol pembersihan diri, dilanjutkan dengan pelarungan sesajen oleh tokoh adat ke tengah laut.
Tradisi ini merupakan wujud penghormatan kepada alam atas berkah hasil laut yang terus menghidupi warga pesisir.
Prosesi dilanjutkan dengan berlimbur, yakni kegiatan penyucian diri dan kebersamaan warga yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya maritim Samboja.
Lebih dari sekadar upacara adat, festival ini juga menciptakan dampak ekonomi nyata bagi warga.
Tahun ini, sebanyak 120 UMKM berpartisipasi, menyajikan berbagai produk kuliner, kerajinan, dan cinderamata khas pesisir.
Selain itu, 17 grup tari dari Kecamatan Muara Jawa, Samboja, dan Samboja Barat, serta 13 band lokal, turut memeriahkan panggung hiburan.
Beragam komunitas lokal ikut terlibat, mulai dari Lembaga Adat Kuala Samboja, Komite Ekonomi Kreatif (Kekraf) Kukar, hingga organisasi kepemudaan seperti Pramuka, KNPI, Anakonda, SP, dan lainnya.
Dispar Kukar berperan dalam pembiayaan dan produksi, sementara panitia lokal menangani teknis pelaksanaan di lapangan.
“Tradisi melarung dan berlimbur dikemas dalam satu rangkaian agar tetap terjaga nilai sakral dan budayanya. Kami fasilitasi dari sisi produksi hingga pelaksanaan. Ini bagian dari komitmen pemerintah daerah dalam menjaga dan mengangkat kearifan lokal,” tegas Zikri.
Ia menambahkan bahwa acara ini juga berkontribusi pada meningkatnya penjualan UMKM dan okupansi penginapan di kawasan Samboja.
Festival ini menjadi ruang ekspresi bagi para seniman lokal, sekaligus wahana promosi budaya daerah ke khalayak yang lebih luas.
“Harapannya, dengan terus diagendakan tiap tahun, acara ini bisa menjadi daya tarik wisata bagi pelancong lokal maupun mancanegara yang ingin menikmati keindahan budaya dan alam pesisir Samboja,” pungkasnya. (Adv)