
Samarinda, infosatu.co – Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Nidya Listiyono mendukung upaya pemerintah provinsi (pemprov) melakukan pengelolaan Hotel Atlet dengan melibatkan pihak ketiga. Salah satu aset milik Pemprov Kaltim itu berada di Komplek Stadion Kadrie Oening Sempaja Samarinda.
Pernyataan Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kaltim ini merupakan respon dari pernyataan Pejabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik. Sebelumnya, Pj gubernur yang mengatakan bahwa pihak pemprov akan berperan aktif dalam melakukan pengelolaan sejumlah aset daerah.
Aset itu tidak terkecuali Hotel Atlet yang kondisinya dinilai terbengkalai dan tidak progresif. Maka, dengan rencana pengelolaan dengan melibatkan pihak ketiga ditargetkan dapat mengoptimalkan keberadaannya. Tentunya, akan memberikan kontribusi pada pendapatan daerah.
“Saya sudah sampaikan kepada Pj terkait keberlanjutan Hotel Atlet tersebut. Jika memang tidak bisa dikelola oleh pihak kita, mungkin harus ada keterlibatan pihak ketiga,” ungkap Nidya Listiyono saat diwawancarai wartawan MSI Gorup di Jalan Wijaya Kusuma Kota Samarinda, Minggu (29/10/2023).
Nidya menilai keterlibatan pihak ketiga akan menjadi kolaborasi pemerintah dengan pihak swasta dalam pembangunan di Provinsi Kaltim. Salah satu alasannya, karena kebutuhan pembangunan di daerah terkadang membutuhkan anggaran yang cukup besar.
Namun, kemampuan finansial pemerintah daerah terbatas lantaran harus mengakomodasi beragam kegiatan yang telah diagendakan. Maka, Nidya mengungkapkan keterlibatan pihak ketiga dalam pengelolaan Hotel Atlet merupakan keputusan yang tepat.
“Pihak ketiga menurut saya lebih tepat. Kita secara dana siap, kita sepakati bekerja sama beberapa tahun, dan tinggal lakukan rehabilitasi,” jelasnya.
“Sebab keuntungannya jelas bagi Kaltim. Selain pendapatan asli daerah (PAD), tempatnya akan terawat. Tempatnya akan dikunjungi orang dari luar kota. Kemudian jika ada event nasional, para pendatang tidak perlu mencari hotel jauh-jauh,” sambung Nidya.
Sebelumnya diketahui, Politikus Partai Golkar tersebut bersebrangan dengan wacana mengubah Hotel Atlet menjadi perpustakaan daerah.
Ia menentang usulan tersebut. Inovasi sebuah bangunan hendaknya tidak jauh-jauh dari tujuan awalnya dan pengembangan infrastruktur ke arah pembaruan juga harus lebih representatif.
“Sebelumnya saya tidak setuju jika Hotel Atlet itu dijadikan perpustakaan daerah, tidak usah diubah strukturnya. Justru, saya sarankan lebih baik perpustakaan daerah yang ada sekarang itu dibuat baru yang lebih representatif,” tegasnya.