Ali bin Abi Thalib RA mengungkapkan bahwa kekayaan adalah godaan yang menghancurkan manusia. Keinginan akan harta begitu kuat sehingga manusia tergoda untuk meraihnya dengan segala cara, baik yang diperbolehkan maupun yang melanggar aturan.
Ada banyak contoh yang bisa menggambarkan peringatan tersebut bahkan sekelas sahabat yang telah mendapat pendidikan langsung dari Rasulullah SAW.
Harta Sebagai Ujian Manusia
Karena harta bersifat menggoda, Allah menjadikannya sebagai ujian bagi manusia. Seperti disebutkan dalam firman-Nya,
”Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian [fitnah]. Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.” (QS Al-Anfal: 28).
Para sahabat yang sehari-hari bersamai Rasulullah pun tak lepas dari godaan ini. Hal ini yang kemudian menjadi hikmah dari Perang Uhud. Salah satu perang yang terberat dialami kaum muslimin waktu itu.
Perang di kawasan Uhud, bermula dari keinginan balas dendam kaum kafir Quraisy seusai kekalahan mereka dalam Perang Badar.
Mereka berencana menyerbu umat Islam yang ada di Madinah. Peristiwanya terjadi pada 15 Syawal 3 H, atau sekitar bulan Maret 625.
Strategi Hadang Pasukan Quraisy
Rasulullah dan para sahabat pun menyusun strategi bagaimana menghadang pasukan Quraisy yang pastinya memiliki jumlah pasukan berlipat ganda dan motivasi berlebih untuk menghancurkan kaum Muslimin.
Sebanyak 50 pasukan pemanah, oleh Rasulullah yang memimpin langsung pasukannya, bertempatkan di atas Jabal Uhud.
Mereka mendapat perintah menunggu di bukit tersebut, untuk melakukan serangan apabila kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya. Sedangkan pasukan lainnya, menunggu di celah bukit.
700 Pasukan Muslim Melawan 3.000 Pasukan Quraisy
Pertempuran antara 700 pasukan Muslimin melawan 3.000 pasukan Quraisy berjalan sengit. Strategi yang telah siap menghadang pasukan Quraisy berhasil. Seiring berjalannya perang, banyak pasukan Quraisy yang melarikan diri.
Trauma kekalahan mendera mereka. Di sinilah titik balik pelajaran berharga yang para sahabat terima yakni patuhi instruksi Nabi dan jangan tergoda harta.
Muslimin yang tadinya di Bukit Uhud, tergiur barang-barang kaum musyrikin yang sebelumnya sempat melarikan diri.
Makam Para Syuhada Sangat Sederhana
Makam para syuhada terletak di kompleks pemakaman dan terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter.
Dari luar hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam. Bahkan, di dalam area permakaman menggunakan pagar, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana.
Adapun tempat memanah juga masih terlihat. Tempat tersebut, juga menjadi favorit sebagian jamaah haji untuk sekedar berdoa. Sebagian lainnya memilih untuk mengabadikan kedatanganya ke sana.
Pelajaran yang Sangat Relevan
Dua pelajaran tadi yang coba jamaah haji resapi dari berbagai dunia termasuk Indonesia ketika berziarah ke Jabal Uhud. Pelajaran yang sangat relevan hingga saat ini.
Apalagi kepada jamaah haji, untuk selalu mematuhi imbauan semisal tidak memaksakan diri apabila memang tidak sehat. Seimbangkan antara istirahat dan ibadah saat berada di Madinah maupun di Makkah sebelum puncak haji tiba.
Juga tak berboros-boros ria membeli oleh-oleh karena ada kapasitas koper dalam bagasi yang perlu dipatuhi.
Lagipula ada opsi lain yang perlu pertimbangan yakni beli oleh-oleh di Tanah Air, karena jenis dan ragamnya sama bahkan bisa lebih murah dan tak repot-repot membawanya. Hemat tenaga untuk puncak haji ke depan ya jamaah.