infosatu.co
Samarinda

Kisah Danish-Alita yang Ditinggal Orang Tuanya Meninggal Terpapar Covid-19, Minta Anakya Hapal Al Quran

Danish dan Alita, Dua kakak-beradik yang ditinggal kedua orang tuanya akibat terpapar Covid-19. (foto: Lydia)

Samarinda, infosatu.co – Tidak hanya di Kutai Barat (Kubar) dan Kutai Kartanegara (Kukar), dua kakak beradik di Kota Samarinda yang merupakan warga Sungai Pinang terpaksa harus menjadi yatim piatu.

Siti Soleha Nenek Danish dan Alita saat diwawancarai oleh media infosatu.co.

Mereka Danish Faeyza Raqilla Putra (8) dan Alita Ayudya Innara (3) yang merupakan warga Sungai Pinang terpaksa harus menjadi yatim piatu. Pasalnya, kakak beradik ini kehilangan kedua orang tua yang meninggal karena terpapar Covid-19. Orang tuanya Binti Munfaidah (34) meninggal Sabtu (26/6/2021) dan Eko Prasetyo (35) meninggal Kamis (1/7/2021).

Saat ini, kedua yatim piatu itu dirawat oleh kakek-nenek dari pihak Ibunya di Jalan Rajawali Dalam 3 Nomor 58 RT 10.

Nenek Danish dan Alita, Siti Soleha (52) menceritakan awal mula anaknya terpapar Covid-19. Saat itu, anaknya (Binti Munfaidah) baru datang dari Jawa dan mengalami sesak nafas.

“Dia kan punya penyakit bawaan yaitu sesak nafas tapi itu pun kalau kecapekan baru kumat, jadi saya sebagai orang tua mengira itu sakit biasa,” ungkapnya ditemui media ini, Rabu (28/7/2021).

Siti Soleha pun sempat menjenguk anaknya itu di Gunung Lingai bersama tiga saudara Binti Munfaidah.

Melihat kondisi anaknya yang mengkhawatirkan, Siti mengajak anaknya itu untuk pergi ke rumah sakit agar mendapat perawatan dari dokter.

“Saya ajak ke rumah sakit, dia bilang tidak usah ma aku tidak apa-apa. Setiap ditanya orang tua jawabannya itu sudah enak kok, dia punya sifat nggak mau merepotkan orang tuanya,” ucap Siti hingga mengeluarkan air mata di depan para wartawan.

Ia membenarkan bahwa sewaktu anak dan menantunya dirawat di Rumah Sakit AW Sjahranie, semua cucu (Danish dan Alita) dirawat olehnya.

“Sebelum ke rumah sakit anak saya itu bilang ke saudaranya, tolong selamatkan adik-adik berdua. Jadi Danish dan Alita langsung dijemput. Kemudian jarak dua hari dibawa ke Rumah Sakit SMC, katanya positif dan mendapat perawatan di Rumah Sakit AW Sjahranie,” ujarnya.

Wanita paruh baya berusia 52 tahun ini juga mengaku jika dirinya susah menjelaskan ketika sang cucu bertanya bagaimana keadaan orang tuanya.

“Susahnya itu sewaktu-waktu mereka bertanya, kayak diiris-iris hati ini. Kemarin Alita nemu kalung bundanya, dia bilang ini punya bundaku, bundaku masih sakit. Kadang suka ngomong sama bak mandi, bundaku lagi sakit,” ujarnya.

Sedangkan Danish memang sudah mengerti jika bundanya meninggal, namun ia belum tahu jika ayahnya juga meninggal dunia hampir satu bulan ini. Pihak keluarga tidak sanggup memberitahukannya pada Danish.

“Kan meninggalnya jarak beberapa hari saja, jadi saat dengar bundanya meninggal masih sempat video call sama ayahnya. Ngertinya ayah sakit, sering nanya kapan ayah sembuh. Sampai sekarang Danish belum tahu ayahnya sudah meninggal,” jelasnya.

Danish kata Siti, suka membuka lemari dan melihat peninggalan almarhum bundanya. Kadang-kadang Danish merasa rindu ingin bertemu kedua orang tuanya.

“Danish bilang ini peninggalan bunda, aku bangga bunda ada peninggalan Al Quran. Kadang dia ngaku aku kangen sama bunda dan ayah, kadang kita ini kewalahan ingin menjawab. Danish banyak berdoa biar segera sembuh, iya mbah biar bunda bangga. Gitu katanya,” urainya.

Ditanya awak media apakah kedua orang tuanya pernah berwasiat ataupun menitipkan pesan. Siti mengaku tidak ada, hanya saja Binti Munfaidah ingin anaknya hapal Al Quran.

“Bundanya ingin anaknya hapal Al Quran, semoga kakek neneknya ini bisa mewujudkan cita-cita bundanya,” ulasnya.

Sementara itu, Ketua RT 10 Kelurahan Sungai Pinang Titus Sidete membenarkan bahwa kedua orang tua Danish dan Alita sempat opname di Rumah Sakit AW Sjahranie.

“Yang meninggal pertama istrinya lalu lima hari kemudian disusul suaminya,” sebutnya.

Meskipun pasangan suami-istri ini tinggal di Gunung Lingai, namun Titus mengaku jika keduanya merupakan warganya.

“Kalau secara administrasi masih terdaftar sebagai warga wilayah RT 10, mereka tidak mau cabut berkas. Waktu mereka mau masuk rumah sakit dan kena Covid-19 itu posisinya di Gunung Lingai, berkasnya pakai alamat RT 10 karena kartu keluarganya masih terdaftar di sini,” ungkapnya. (editor: irfan)

Menanggapi hal ini, Wali Kota Samarinda Andi Harun menyatakan bahwa dirinya akan membantu kedua anak itu, namun ia belum memberitahu bantuan seperti apa yang akan diberikan.

“Ya akan kita bantu,” katanya usai meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dosis kedua saat ditemui infosatu.co di GOR Madya Sempaja.

Sependapat, Danramil 0901-05/Samarinda Utara Mayor Inf H Surono yang mendengar kabar tersebut pun siap membantu apabila kedua anak berada di wilayahnya.

“Saya juga siap membantu apabila kedua anak ini berada di wilayah saya,” sebutnya.

Hingga saat ini, Danish dan Alita belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Yatim piatu ini hanya mendapatkan bantuan dari Rumah Zakat berupa sembako. (editor: irfan)

Related posts

Presiden PKS dan Jurnalis Kaltim Bermain Mini Soccer, Kampanyekan Gaya Hidup Sehat

Adi Rizki Ramadhan

HET Dikeluhkan Distributor Beras di Samarinda: Petani dan Pelaku Usaha Semakin Terjepit

adinda

Pesona Tari Hudoq di Pembukaan EBIFF 2025, Makna Mendalam Budaya Dayak

Adi Rizki Ramadhan

Leave a Comment

You cannot copy content of this page