Samarinda, infosatu.co – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Samarinda mengakui potensi masalah yang akan dihadapi pemilih pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2024 yang berlangsung pada 27 November mendatang.
Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kota Samarinda Yustiani mengatakan bahwa potensi masalah ini dampak dari perampingan tempat pemungutan suara (TPS).
Berdasarkan kebijakan pemerintah, jumlah TPS untuk Pilkada di Samarinda diperkirakan berjumlah 1.191 titik. Jumlah itu berkurang 1.373 dibandingkan dengan TPS pada pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) Februari 2024 sebanyak 2.564 titik.
Selain jumlah TPS di Kota Samarinda semakin sedikit, jumlah kotak suara yang digunakan juga hanya dua, yakni untuk pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota, serta Gubernur dan Wakil Gubernur.
Yustiani mengkhawatirkan kebijakan tersebut memicu keengganan warga untuk mendatangi TPS yang jauh dari tempat tinggalnya dan tingkat kepadatan pemilih yang meningkat.
Jika pada Pilpres dan Pileg, kapasitas maksimal di setiap TPS sebanyak 300 pemilih. Maka, pada Pilkada nanti jumlah pemilih di setiap TPS menjadi 600 orang.
“Tetapi, kita tentu sangat berharap kepada masyarakat untuk datang ke TPS meski jauh dari tempat tinggalnya. Ingat Pilkada ini hanya lima tahun sekali. Pengorbanan yang dilakukan demi masa depan Kota Samarinda,” ujarnya, Kamis (11/7/2024).
Lebih lanjut, jika merujuk pada data tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada 2015 di Kota Samarinda hanya mencapai 49,1 persen. Sementara, pada Pilkada 2020 di angka 52 persen yang masih jauh dari target nasional, yaitu 81 persen.
Fakta yang adapun cukup mencengangkan, di mana dengan angka tersebut membuat Kota Samarinda sebagai Ibu Kota Kalimantan Timur (Kaltim) menduduki posisi paling akhir pada tingkat partisipasi pemilih.
“Banyak faktor, jika pada tahun 2019 itu memang terkendala Covid-19 sehingga partisipasi masih rendah,” tutur Yustiani usai acara sosialisasi pendidikan politik bersama media.
“Namun kita patut bangga sekaligus optimis bahwa hasil pemilu (pilpres dan pileg) kemarin, tingkat partisipasi kita jauh melambung di angka 78 persen. Belum menyentuh target nasional, tapi ini sangat positif,” tambahnya.
Untuk mencapai tingkat partisipasi pemilih yang tinggi pada Pilkada mendatang, KPU Samarinda menyiapkan berbagai langkah. Salah satunya mengajak peran media untuk gencar menyosialisasikan tahapan-tahapan Pilkada 2024.
“Peran media sangat besar, hampir semua informasi kita saat ini didapat dari media apapun itu. Maka saya meminta peran serta kontribusi media untuk turut serta menyebarluaskan informasi terkait Pilkada 2024 ini yang akan menjadi masa depan kita selama 5 tahun nanti,” paparnya.
Disinggung soal aspirasi masyarakat terkait reward kepada TPS yang memiliki suara terbanyak. KPU Kota Samarinda tidak memungkiri hal itu bakal direalisasikan.
“Itu tentu hal bagus. Jadi nanti, TPS dengan jumlah suara terbanyak akan mendapatkan reward, misalnya. Tentu ini sebuah solusi untuk mendorong masyarakat datang ke TPS, jadi kita akan bahas. Kalau anggarannya ada, kenapa enggak?” ungkap Yustiani.
Ia lantas menjelaskan kategori data pemilih di Samarinda untuk tahun 2024. Para pemilih ini meliputi pre boomer (usia 78 tahun ke atas) sebesar 0,8 persen, baby boomer (usia 59-77 tahun) sebesar 10,3 persen.
Kemudian, Gen X (usia 43-58 tahun) sebesar 27,8 persen, milenial (usia 27-42 tahun) sebesar 37 persen dan Gen Z (usia 17-26 tahun) sebesar 24,1 persen.
Dari data tersebut, terlihat bahwa dari 604.420 daftar pemilih tetap Gen Z memiliki sumber suara terbanyak. Maka dari itu, KPU Kota Samarinda gencar melakukan sosialisasi kepada kaum Gen Z tersebut.
“Sosialisasi politik juga akan dilakukan dilakukan secara intensif melalui tatap muka dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat (ormas), kampus, sekolah, SMA sederajat dan lapas,” tuturnya.