Kota Madinah memiliki jejak sejarah yang kaya dalam peradaban Islam, sehingga tidak mengherankan jika banyak peninggalan bersejarah yang dapat tertemuikan di kota ini, yang sebelumnya terkenal sebagai Yastrib.
Salah satunya adalah Masjid Tujuh. Demikian masyhur disebut deretan enam masjid di tempat terjadinya perang Khandaq di Madinah. Tempat bersejarah ini ramai dikunjungi jemaah haji dari berbagai negara, termasuk jemaah haji Indonesia. Lokasinya hanya sekitar 2,5 kilometer arah barat dari Masjid Nabawi.
Kunjungi Saksi Sejarah Perang Khandaq
Tim Media Center Haji (MCH) Madinah berkesempatan mengunjungi saksi sejarah perang Khandaq tersebut, pada pertengahan Juli lalu. Pantauan di lapangan, jumlah masjid-masjid kecil yang menjadi pos para sahabat inti ketika perang Khandaq itu hanya berjumlah enam, bukan tujuh sebagaimana namanya.
Melansir dari arabic.rt.com, nama “tujuh masjid” itu mewakili sekelompok masjid yang jumlah sebenarnya hanya enam. Namun lebih terkenal dengan masjid tujuh karena mencakup satu masjid lain yaitu Masjid Qiblatain, yang terletak sekitar 1 kilometer dari lokasi enam masjid itu.
Pantauan di lapangan, di tengah deretan enam masjid kecil di lokasi Khandaq membangun masjid besar berwarna putih dengan nama Masjid Khandaq, yang berdiri pada 1928 H. Di masjid tersebutlah lokasi tepat parit-parit yang para sahabat Nabi bangun untuk membentengi serangan kafir Quraisy Makkah.
Tentara Quraisy dan Suku Sekutu Menyerang Madinah
Lokasi masjid tujuh ini berada di sisi barat Gunung Sila. Khandaq atau parit yang terletak di bagian barat itu para sahabat Nabi gali melalui inisiator Salman Al-Farisi ketika tentara Quraisy dan suku-suku sekutu hendak menyerang Madinah pada tahun kelima hijriah.
Keenam masjid yang terletak di sekitaran Masjid Khandaq itu memiliki nama sesuai dengan nama penjaga pos-pos peperangan saat itu, kecuali Masjid Al-Fath. Nama-nama tersebut yaitu Masjid Salman Al Farisi, Masjid Abu Bakar, Masjid Umar, Masjid Ali, Masjid Fatimah, dan Masjid Al Fath.
Sebab awal terjadinya perang Khandaq karena para pemimpin Bani Nadir yang merupakan kaum Yahudi yang sebelumnya terevakuasi di Madinah, yaitu Huyay bin Akhtab, Salam dan Al-Rabee bin Abi Al-Haqeeq dan Kinana bin Al-Rabee’ mencari perlindungan ke kaum kafir Quraisy Makkah dengan berperang melawan Nabi Muhammad.
Nabi dan Para Sahabat Berinisiatif Membuat Parit-Parit
Singkatnya, mengetahui hal itu Nabi Muhammad dan para sahabatnya berinisiatif membuat parit-parit (khandaq). Setiap 10 kaum Muslim membuat parit sepanjang 40 kilometer dengan tinggi 3 meter. Kaum kafir Quraisy terus mencoba menyerang kota Madinah.
Di satu sisi Nabi dan para sahabatnya juga melakukan beberapa serangan kecil. Untuk memperlemah pasukan Quraisy yang terus mencoba masuk melewati parit-parit tersebut.
Setelah 20 hari berada di luar kota Madinah dan mereka tidak bisa menembus pertahanan parit. Mereka pun mundur dari medan peperangan. Perang Khandaq berakhir dengan kemenangan pasukan Muslim. Nabi dan para sahabatnya pun berhasil mempertahankan kota Madinah dari serangan-serangan musuh.