Kukar, infosatu.co – Kepala Bidang Pemasaran Wisata Dinas Pariwisata (Dispar) Kutai Kartanegara (Kukar) Witontro mengatakan kebutuhan destination branding merupakan keniscayaan.
Menurutnya, mengangkat branding “Kukar Asia Wonders” bukan alasan karena Kukar tidak lepas dari Kukar sebagai bagian dari historical civilization (peradaban sejarah) Asia.
“Kesejarahan Kutai Mulawarman/Martadipura memiliki peran dan arti penting bagi kesejarahan peradaban modern nusantara. Sementara dalam perspektif kesejarahan internasional, Kukar Ing Martadipura merupakan bandar/pelabuhan penting sebagai jalur niaga dan intetaksi lintas budaya bangsa-bangsa asing,” ungkap Witontro kepada infosatu.co usai menjadi pemateri Focus Group Discussion (FGD) Kajian Potensi Pengembangan Destinasi Pariwisata Kaltim, di Hotel Mercure Samarinda, Selasa (17/11/2020).
Dikatakan Witontro, Kukar memiliki Budaya Asia Heritage (warisan budaya) yaitu Kukar dengan kekayaan ekspresi tradisi, kesenian, seni arsitektur, bahasa, dan kuliner. Warisan Budaya ini merupakan hasil dari akulturasi bangsa Asia (India, Tionghoa, Melayu dan Timur Tengah).
Selain itu Kukar sebagai pusat Asia Cultural Wonders merupakan hunian dengan keberagaman etnis dan keanekaragaman ekspresi budaya hasil interaksi dan alkuturasi bangsa-bangsa Asia (India, Melayu, China, Timur Tengah). Dengan citra keajaiban Asia, maka Kukar dipersepsikan sebagai “Kota Budaya Asia”.
“Kami sudah mempupunyai logo dan jingle untuk mempromosikan “Kukar Asia Wonders”, Kukar bukan hanya milik Provinsi Kaltim dan Indonesia, tetapi sudah milik peradaban Asia. Maka Kukar adalah Kabupaten Asia Wonders yang memiliki peradaban bertaraf internasional,” kata Witontro.
Dispar Kukar akan revitalisasi objek-objek dan destinasi pariwisata agar memberikan kemudahan serta kenyamanan wisatawan. Sehingga wisatawan mudah mengakses dan mengeksplorasi muatan nilai-nilai kesejarahan, kekayaan budaya dan kepribadian masyarakat.
“Kukar dapat dijadikan sebagai muatan nilai sejarah, kekayaan budaya dan keberagaman etnis. Jadi bukan hanya berdasarkan pada estetika alam saja,” tutur Witontro.(editor: irfan)