Samarinda, infosatu.co – Wakil Gubernur Hadi Mulyadi hadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) untuk wilayah Provinsi Kalimantan Timur, pada Rabu (30/11/2022) di Ruang Maratua, Bank Indonesia, Jalan Gajah Mada, Samarinda.
Berdasarkan data Bank Indonesia, Hadi menuturkan bahwa kinerja ekonomi Kaltim pada triwulan II tahun 2022 melanjutkan tren perbaikan. Bahkan, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena adanya dorongan capaian kerja positif dari sisi produksi yang meningkat.
“Utamanya, peningkatan ekonomi Kaltim bersumber dari meningkatnya kinerja hampir diseluruh lapangan usaha. Khususnya lapangan usaha pertambangan dan lapangan usaha industri pengolahan,” ungkapnya.
Sedangkan sisi pengeluaran, peningkatan kinerja utamanya disebabkan oleh kinerja ekspor dan konsumsi masyarakat di tengah kelambatan investasi dan terkontraksinya belanja pemerintah.
“Tadi kita menerima laporan, tahun ini harga batu bara terbesar dalam sejarah. Sehingga berdampak positif bagi perekonomian Kaltim bahkan perekonomian Indonesia,” paparnya.
Meskipun demikian, Hadi Mulyadi berpesan agar tetap waspada, karena hal itu pastinya akan mengalami penurunan. Namun untuk mengantisipasinya, hilirisasi industri harus dilakukan.
“Pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2022 mengalami atau melanjutkan tren positif pada tahun sebelumnya. Diperkirakan pada rentang 2,85 persen sampai 3,65 persen (year on year), lebih tinggi dari realisasi tahun 2021,” bebernya.
Menurut data BPS, ekonomi Kaltim pada triwulan III tahun 2022 terhadap triwulan II di 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 5,28 persen. Kemudian dari sisi produksi, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 27,15 persen.
Sementara, ekonomi Kaltim triwulan III tahun 2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,11 persen. Ini menyebabkan, Provinsi Kaltim menyumbang kontribusi tertinggi pada penyusunan nilai tambah regional Kalimantan sebesar 54,76 persen dengan pertumbuhan sebesar 5,28 persen.
“Makanya kita mendapat penghargaan sebagai provinsi terbaik dalam pengendalian inflasi daerah,” tegasnya.