Samarinda, infosatu.co – Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda Angkasa Jaya Djoerani menyoroti jargon “Kota Peradaban” yang diusung Wali Kota Andi Harun. Menurutnya, pemilihan kata tersebut kurang tepat.
Ia menilai, jargon tersebut tidak selaras dengan kinerja Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda di bawah kepemimpinan Andi Harun. Sebagai perbandingan, Angkasa mencontohkan Kota Peradaban dari Kota Jakarta.
“Karena rencana Presiden Jokowi membangun revolusi mental yang tidak mental. Kota Jakarta apakah sudah tertib sebagai kota peradaban? kan belum,” katanya belum lama ini.
“Membangun mindset masyarakat menjadi mental yang baik berangkat dari perut, kalau perutnya kenyang ya pasti sejahtera. Maka, membangun mindset itu susah,” sambungnya.
Angkasa juga mempertanyakan, bagaimana Samarinda saat ini bisa jadi Kota peradaban jika warganya sulit ditertibkan dengan baik. Maka, dianggap kurang beradab meski dengan alasan kesejahteraan pribadi.
“Kita bisa nggak melarang parkir liar, bisa nggak kita larang lapak-lapak yang berjualan di pinggir sungai? Apakah berhasil?. Pernahkah Samarinda sampai saat ini bisa menertibkan masyarakat, jawabnya semua tidak. Karena mereka semua punya kebutuhan untuk hidup” tuturnya.
Oleh karena itu, Angkasa menilai kinerja wali kota harus dilihat dalam segala hal. “Kalau kita melihat dan mau menilai kinerja wali kota, saya harus melihatnya secara bijak pada beberapa bagian. Jadi, kita tidak bisa menilai total keseluruhan karena ada kurang lebihnya,” jelasnya.
Angkasa juga menyebut pentingnya kedisiplinan dalam membangun jati diri seseorang bahkan pada saat sudah dewasa dan mengambil pilihan untuk menjadi seorang pemimpin.
“Orang disiplin itu kan memperlihatkan jati diri, kita menerapkan disiplin ke anak kita dan akan terbentuk, tapi kalau sudah dewasa akan penuh pertimbangan,” ucapnya.
