Penulis: Lydia – Editor: Achmad
Bontang, infosatu.co – Masyarakat Indonesia harus lebih waspada dengan penyakit Tuberkulosis (TBC), atau yang biasa dikenal dengan TB. Sebab tahun ini, Indonesia menduduki peringkat ke tiga di dunia, setelah China dan India. Hal tersebut diungkapkan oleh Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru), dr. Dian Ariani Sp.P di RSUD Taman Husada Bontang, Kamis (27/2/2020).
Ia mengatakan bahwa, Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular, disebabkan oleh kuman Mycobacterium TB. Terutama mereka yang daya tahan tubuhnya sedang melemah, akan sangat mudah tertular.
Mereka yang terkena HIV dan diabetes, juga sangat mudah terkena penyakit TBC ini. Masyarakat yang suka merokok, menghirup asap kendaraan dan polusi, juga berpotensi terkena penyakit ini.
“Pasien TBC bisa menularkan ke orang lain dengan sangat mudah, mungkin saat di kendaraan umum, saat menunggu antrian dokter, saat dikeramaian. Penyakit ini seperti arisan, siapa pun bisa terjangkit.
Dia bisa menular di dalam rumah, apalagi kalau rumahnya lembab dan di dalamnya ada yang merokok. Orang yang merokok beresiko lebih rentan terkena TB, dibandingkan yang bukan perokok,” urainya.
Pada orang yang merokok itu biasanya, saluran napasnya sudah ada gangguan. Jadi, sistem kekebalan tubuhnya berkurang. Sehingga, memudahkan kuman untuk masuk.
Dia juga mengungkapkan bahwa, TBC ini bukan penyakit musiman seperti Virus Corona, yang penularannya akan berkurang saat musim panas. Sedangkan TBC, selalu ada dan tidak memandang musim.
“Apalagi, TBC ini terkadang tidak ada gejalanya. Sebab, kuman TB masih berada di bawah paru-paru, belum mengganggu saluran nafas, dan ini menyebabkan tidak adanya gejala seperti batuk. Intinya, TBC ini bisa menyerang siapa saja, dan tidak memandang bentuk tubuh,” ulasnya.
Untuk penanganan TBC ini, RSUD Taman Husada Bontang memakai alat GeneXpert, yang sudah mampu mendiagnosa dalam waktu kurang dari dua jam, dengan akurasi tinggi.
“Di RSUD punya alat cepat mendeteksi TBC, yaitu GeneXpert. Jadi, dahaknya di periksa, nanti hasilnya dua jam sudah keluar. Kalau positive TBC, akan langsung diberikan obat. Walau tidak punya BPJS, obatnya tetap gratis dari pemerintah,” katanya pada infosatu.co.
Lebih lanjutnya, pasien TBC tidak boleh datang sendiri ketika berobat. Sebaiknya, datang bersama keluarga atau pendamping. Takutnya saat minum obat, tidak ada yang mengawasi.
“Kita anjurkan ada yang menemani, agar ada yang mengingatkan apabila waktunya minum obat,” tegasnya.
Dirinya berpesan, apabila ada masyarakat yang batuknya tidak kunjung sembuh setelah berobat, dan hasil pemeriksaan dahak negatif, agar segera dirujuk untuk foto toraks di RSUD Taman Husada Bontang.
“Boleh juga ke puskesmas, tapi disana tidak ada foto toraks, hanya periksa dahak saja. Jika dinyatakan positive, pasien akan disarankan memakai masker sampai hasilnya negative. Setiap saat harus pakai masker, kecuali pada saat mandi dan makan,” pungkasnya.
Diketahui, pasien TBC di RSUD sebanyak 60 persen, dan hanya 20 persen saja yang mengambil obat di RSUD.
“40 persennya di puskesmas, karena RSUD bekerja sama dengan puskesmas di Bontang. Pengobatannya dengan program sesuai standard DOTS,” tutupnya.