infosatu.co
DLHK Kukar

Ibu-ibu di Kukar Diajak Olah Sampah Dapur Menjadi Pupuk Kompos

Teks: Peserta workshop pengelolaan sampah yang digelar oleh DLHK Kukar

Kukar, infosatu.co – Workshop pengelolaan sampah yang digelar Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim) menghadirkan suasana berbeda di ruang pertemuan, Selasa, 30 September 2025.

Bukan sekadar mendengarkan paparan, para peserta yang terdiri dari anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Kukar diajak langsung mempraktikkan cara mengubah sampah rumah tangga menjadi kompos.

Muhammad Fadli, Ketua Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Barokah Loa Kulu, menjadi narasumber utama.

Ia menyampaikan materi bertajuk “Hijau dari Rumah, Membuat Kompos Mudah” dengan pendekatan sederhana dan dekat dengan keseharian para ibu rumah tangga.

“Setiap hari, dapur kita menghasilkan harta karun. Sisa potongan sayur, kulit buah, hingga cangkang telur sering dianggap tak berguna, padahal lebih dari separuh sampah rumah tangga adalah sampah organik yang bisa diolah,” ujar Fadli di hadapan peserta.

Menurutnya, persoalan sampah dapur dapat menjadi dua halnyakni masalah jika dibuang sembarangan, atau berkah jika diolah.

Ia menekankan bahwa mengolah sampah organik menjadi kompos tidak hanya membuat lingkungan lebih bersih, tetapi juga menghadirkan manfaat ekonomi dan ekologis.

Dengan kompos, tanah lebih subur, kebutuhan pupuk kimia berkurang, dan keluarga bisa menanam sayuran atau bunga tanpa biaya tambahan.

Dalam penjelasannya, Fadli membandingkan proses pengomposan dengan kegiatan memasak.

“Kompos adalah hasil dari kerja sama antara sampah organik dengan makhluk kecil seperti bakteri baik. Hasilnya pupuk alami yang hitam, gembur, tidak berbau, dan kaya nutrisi,” katanya.

Ia pun membagikan resep sederhana agar pembuatan kompos tidak gagal. Kunci keberhasilannya terletak pada keseimbangan bahan hijau dan bahan cokelat. Bahan hijau, yang kaya nitrogen, berasal dari sisa sayuran, buah, ampas teh atau kopi, hingga rumput segar.

Sementara bahan cokelat, sumber karbon, bisa diperoleh dari daun kering, ranting kecil, kertas bekas, atau serbuk gergaji.

Peserta juga diingatkan untuk tidak mencampur bahan tertentu yang berpotensi menimbulkan bau dan mengundang hewan pengganggu.

“Jangan masukkan nasi sisa, minyak, daging, tulang, atau produk susu. Itu bisa mengundang belatung, lalat, bahkan tikus,” tegas Fadli.

Workshop berjalan interaktif. Para peserta juga diperkenalkan pada praktik lain seperti pembuatan lilin dari bahan sederhana. Suasana berlangsung akrab, diselingi tanya jawab dan diskusi ringan.

Bagi sebagian peserta, pengalaman ini membuka wawasan baru. Mengolah sampah ternyata bukan sekadar urusan teknis, melainkan juga bentuk tanggung jawab sosial dan pendidikan lingkungan.

“Kita adalah motor penggerak kebersihan, mulai dari rumah sendiri,” ujar Fadli menutup pemaparannya.

Kegiatan ini menjadi salah satu upaya pemerintah daerah dalam memperkuat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mengurangi volume sampah sejak dari sumbernya.

Melalui tangan-tangan ibu rumah tangga, pesan untuk lebih bijak mengelola sampah diharapkan bisa menular hingga ke generasi berikutnya. (Adv)

Related posts

Begini Cara Sederhana Mengubah Sampah Dapur Menjadi Kompos Bernilai

Martinus

Sugiarto Dorong Kesadaran Lingkungan Lewat Pemanfaatan Jelantah

Martinus

Minyak Jelantah Bisa Jadi Peluang Ekonomi, DLHK Kukar Gencarkan Edukasi

Martinus

Leave a Comment

You cannot copy content of this page