Penulis : Fairus- Editor : Putri
Tenggarong, infosatu.co – Semangat dan cita-citanya yang ingin membangun hutan dimana pun dirinya berada, membuat sosok Suhendri (74) mewujudkan hutan di tengah kota Tenggarong, Kutai Kartanegara.
Berjarak 1 Kilometer dari kantor Bupati Kutai Kartanegara, Tepatnya di Jalan Pesut, Bukit Biru. Sosok Suhendri atau akrab dipanggil Abah ini, sebenarnya bukanlah asli Tenggarong, melainkan Sukabumi, Jawa Barat. Umurnya yang sudah senja, tak membuatnya berhenti menginspirasi dan memberi pengetahuan untuk terus menghijaukan bumi ditengah pemanasan global dan emisi gas rumah kaca akibat pengalihfungsian lahan.
Lahir tak lama sesudah proklamasi kemerdekaan, tepatnya tanggal 3 September 1945, bukan usia muda lagi jika dihitung hingga sekarang, jiwa patriotisme dan nasionalismenya sangat mengakar kuat terlihat dari puisi yang ia tulis sendiri di kediamnannya. Dirinya tidak rela bangsa Indonesia harus menjadi bangsa peminta, ia ingin pengelolaan kekayaan negara, khususnya hutan bisa dikelola sendiri oleh rakyatnya.
“Saya ingin indonesia maju, kegelisahan tentang kerusakan alam, pohon ditebang demi keuntungan, akhirnya tidak ada oksigen dan udara segar lagi di Kalimantan,” ucap abah Hendri.
Awal mulanya Hendri membangun hutan kota ini di tahun 1979, Ia, membeli tanah di daerah Bukit Biru Tenggarong, waktu itu berharga Rp.100.000, dan dengan inisiatif serta kesadaran sendiri Abah Suhendri mulai menanam berbagai jenis tanaman keras. Tercatat sudah 50 jenis pohon yang berdiri di areal seluas kurang lebih 3 hektare ini.
“Seperti pohon, damar, meranti, kapur, pinus, kayu putih, ulin dan sengon. Ada juga tanaman kopi dan teh,” ucapnya sambil memperlihatkan berbagai jenis pohon dan tanaman dilahan miliknya.
Keprihatinnya atas pengalihfungsian hutan dan lahan, termasuk ketimpangan penguasaan lahan. Menurutnya tanah adalah modal utama bagi rakyat untuk membangun kehidupan yang sejahtera. Tanpa tanah maka rakyat akan sengsara. Persoalannya tanah justru dikuasakan kepada para pemilik modal lewat berbagai ijin usaha, yang sebagian besar justru merusak kemuliaan tanah.
Bagi Abah Suhendri merawat dan membesarkan pepohonan adalah impian, juga cita-citanya yang tidak bisa dinilai dalam bentuk materi. Abah mengaku bahwa lahan yang sudah menghijau asri miliknya ini pernah ditawar oleh investor, bahkan ada tawaran yang mencapai milliaran.
Namun Abah Suhendri tak bergeming dengan tawaran yang menggiurkan itu karena sudah memiliki rencana untuk mengelola sendiri. Abah Suhendri tetap menginginkan agar lahan miliknya itu menjadi paru-paru bagi Kota Tenggarong dan tempat persinggahan berbagai satwa,”ucapnya