infosatu.co
Diskominfo Kukar

Harga Karet Anjlok, Petani Kukar Butuh Keberpihakan Pemerintah

Teks: Sarkono, Kepala Desa Prangat Selatan.

Kukar, infosatu.co – Harga karet di tingkat petani Desa Prangat Selatan, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus mengalami penurunan sejak awal Ramadan.

Dalam sebulan terakhir, harga jual komoditas ini merosot sekitar Rp2 ribu per kilogram, yang berdampak langsung pada penghasilan petani yang bergantung pada hasil karet.

Saat ini, harga karet hanya berkisar Rp11 ribu per kilogram, jauh lebih rendah dibandingkan harga normal yang sebelumnya mencapai Rp13 ribu per kilogram.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah berhentinya operasional pabrik pengolahan milik PT Multi Kusuma Cemerlang (MKC), sehingga serapan hasil panen petani menjadi terbatas.

“Alasannya, penyimpanan yang lama membuat karet menyusut dan uang tidak berputar. Karena itu, mereka menekan harga. Padahal, di hari normal, harga karet bisa mencapai Rp13 ribu,” ungkap Sarkono, Kepala Desa Prangat Selatan, saat dihubungi pada Kamis, 3 April 2025.

Situasi ini menjadi tantangan bagi para petani yang menggantungkan mata pencaharian mereka pada komoditas ini.

Sarkono menekankan pentingnya peran aktif pemerintah dalam menghadirkan solusi atas ketidakstabilan harga yang kerap merugikan petani.

Sebagai upaya konkret, ia mengusulkan agar Desa Prangat Selatan dijadikan pusat Perkebunan Inti Rakyat (PIR).

Rencana ini mencakup pembangunan pabrik mini untuk pengolahan karet yang dikelola langsung oleh petani.

Menurutnya, keberadaan pabrik ini dapat memperkuat posisi tawar petani di pasar dan mengurangi ketergantungan terhadap tengkulak.

Ia menjelaskan bahwa inisiatif untuk merevitalisasi perkebunan karet telah dirintis sejak tahun lalu.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar telah bekerja sama dengan Institute for Research and Empowerment (IRE) dari Yogyakarta dalam menyusun cetak biru pengembangan kawasan Perkebunan PIR Lestari.

“Lima desa telah tergabung dalam program ini, yakni Prangat Selatan, Prangat Baru, Makarti, Bunga Putih, dan Sambera Baru. Harapannya, dengan adanya program ini, petani dapat lebih mandiri dalam mengelola hasil perkebunan mereka tanpa harus bergantung pada fluktuasi harga pasar yang tidak menentu,” jelas Sarkono.

Ia juga berharap agar program Koperasi Merah Putih yang digagas pemerintah pusat bisa segera direalisasikan.

Menurutnya, koperasi ini berpotensi menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap tengkulak dan memastikan distribusi hasil panen langsung ke pasar.

“Jika koperasi ini bisa langsung membeli karet dari petani dengan harga yang lebih kompetitif, maka kesejahteraan petani akan lebih terjamin,” tutupnya. (Adv)

Related posts

Lurah Maluhu Gagas Pertanian Jadi Wisata Edukasi dan Ekonomi Warga

Adi Rizki Ramadhan

Bantu Ekowisata dan UMKM, Lurah Maluhu Apresiasi Event Mancing Garapan JMSI

Adi Rizki Ramadhan

Digitalisasi Menuntut Gerak Cepat Dibanding Era Pemerintahan Sebelumnya

Martin

Leave a Comment

You cannot copy content of this page