Samarinda, infosatu.co – Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Kalimantan Timur (Dapil Kaltim) Hetifah Sjaifudian menginginkan agar nantinya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) mendominasi dunia kerja. Jumlah yang diharapkan mencapai 90 persen dari total seluruh tenaga kerja.
Untuk mewujudkan target tersebut, menurutnya, dapat dilakukan dengan memperkuat pendidikan usia dini. Sebab, tampuk kepempimpinan di masa depan atau pada 20 tahun mendatang akan diisi para anak muda yang saat ini duduk di bangku sekolah.
Penguatan pendidikan usia dini juga penting dimaksimalkan di Kaltim yang nantinya menjadi pusat pemerintahan. Sebab, Ibu Kota Nusantara (IKN) telah berada di wilayah provinsi berjuluk Benua Etam itu.
Seiring dengan status pusat pemerintahan di IKN, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci utama bagi lulusan SMA untuk mendominasi di dunia kerja.
“Jangan sampai Kaltim tidak menyiapkan diri dan kita akhirnya merasa kecewa kenapa masyarakat lokal tidak dimanfaatkan,” ungkap Hetifah, Kamis (17/10/2024).
Peningkatan SDM bagi para siswa, ia melanjutkan, tidak lepas dari peran tenaga pendidik dan orang tua. Mereka diharapkan dapat memberikan motivasi bagi anak-anak untuk bersekolah setinggi-tingginya.
Tidak hanya itu, Hetifah mengungkapkan, masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Sebagai anggota DPR RI, Hetifah berkomitmen memastikan regulasi maupun anggaran mengenai pendidikan lebih memadai. Hal ini seiring dengan segera dilantiknya Prabowo Subianto sebagai Presiden RI.
“Seperti implementasi, porsi anggaran pendidikan 20 persen dari APBN. Kenyataannya, 20 persen itu ke mana saja. Itu yang ingin kami periksa bagaimana efektivitas dari anggaran,” jelasnya.
Selanjutnya, Hetifah juga akan memastikan pemenuhan infrastruktur bangunan sekolah maupun sarana-prasarana pendukung, serta kesejahteraan para guru.
Terakhir, tentang kurikulum pendidikan. Menurut Hetifah, kurikulum yang penerapannya telah baik, sebaiknya tetap digunakan.
“Kami berharap, nanti jangan membingungkan. Seolah-olah nanti diganti menteri, ganti kurikulum,” tandasnya.