Penulis: Lydia – Editor: Achmad
Bontang, infosatu.co – Selama ini, masih ada masyarakat yang tidak nyaman berobat ke dokter jiwa. Hal tersebut, berdasarkan stigma yang sudah melekat di masyarakat, bahwa yang berobat ke dokter jiwa merupakan orang gila. Akhirnya, menjadi salah satu penyebab yang signifikan di balik rasa enggan untuk berobat.
Menjawab stigma yang telah beredar di masyarakat, Dokter Spesialis Jiwa RSUD Taman Husada Bontang, dr Dewi Maharni mengatakan, berdasarkan gejalanya, gangguan jiwa di bagi menjadi dua, yaitu gangguan jiwa ringan, dan gangguan jiwa berat.
“Selama ini, masyarakat kita memberi stigma tersebut, karena melihat orang-orang yang menggelandang di luar sana, dan memberikan label orang gila. Lalu, siapa yang mengobati mereka, dokter jiwa,” jelasnya diruangannya lantai 1 RSUD Taman Husada Bontang, Kamis (20/2/2020).
“Akhirnya muncul lah stigma, bahwa yang berobat ke dokter jiwa, adalah orang gila. Ini stigma yang susah dirubah, di masyarakat kita,” sambungnya.
Dijelaskannya, gangguan jiwa berat adalah mereka yang sudah tidak bisa lagi membedakan antara fantasi, dan kenyataan.
Lebih lanjutnya, sedangkan gangguan jiwa ringan, seperti gangguan cemas, gangguan panik, dan gangguan mood (suasana hati).
“Awalnya, gejala yang muncul cuma susah tidur. Tapi ternyata, yang mendasari susah tidurnya itu bermacam-macam, mungkin karena cemas, panik, phobia, atau karena depresi. Depresi juga ada tingkatannya, yaitu ringan, sedang dan berat,” ungkapnya.
Menurutnya, hal tersebut yang belum dipahami oleh masyarakat kita. Makanya, masih banyak yang ingin berobat, tapi takut ketahuan berobat ke poli jiwa.
“Beberapa pasien takut dikira gila, jika berobat ke poli jiwa. Padahal, stigma tersebut tidak benar,” pungkasnya.
Dikatakannya, memang harus ada edukasi untuk menggalakkan bahwa stigma itu tidak benar.
“Stigma tersebut sudah mengakar kuat, susah untuk dirubah. Harus ada edukasi ke masyarakat, bisa dengan penyuluhan oleh puskesmas atau Dinas Kesehatan. Supaya bisa menghilangkan sedikit-sedikit stigma tersebut,” katanya pada infosatu.co.
dr. Dewi Maharni berpesan kepada seluruh masyarakat untuk tidak takut berobat ke poli jiwa, karena lebih baik mengobati dari sekarang, dari pada semakin parah, yang akhirnya bisa menyebabkan menurunnya fungsi peran.
“Sebenarnya, banyak keluhan fisik yang di derita masyarakat, di dasari oleh gangguan jiwa ringan, seperti depresi dan kecemasan. Contohnya, ada pasien yang sakit maag, berobat kemana pun tidak sembuh, ternyata keluhan fisik tersebut di dasari kecemasan dan banyak pikiran. Ini yang harus kita obati dulu,” tegasnya.
Kata dia, jika memang keluhan fisik tersebut di dasari gangguan jiwa ringan. Apabila kecemasan tersebut diobati, keluhan tersebut juga akan hilang.
Ditegaskannya lagi, poli jiwa bukan hanya tempat bagi orang-orang, yang memiliki gangguan jiwa berat (gila). Jika ada rasa cemas, sedih berlebihan, bahkan ada masalah dan phobia tertentu, silahkan datang ke poli jiwa RSUD Taman Husada Bontang.
“Bisa kita bantu disini, karena yang datang kesini bukan berarti orang gila. Poli jiwa juga melayani permintaan surat keterangan sehat mental. Dan yang datang kesini, juga bisa karena ada gangguan psikis yang mendasari. Sehingga, menyebabkan munculnya keluhan fisik yang terus menerus. Jadi, jangan takut untuk ke poli jiwa,” tuturnya.