infosatu.co
DLHK Kukar

DLHK Kukar Beberkan Cara Olah Sampah Jadi Energi Alternatif

Teks: Proses pemanfaatan gas metan dari timbunan sampah.

Kukar, infosatu.co – Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim), Irawan, bicara tentang “Mantan Terindah”.

Apa itu? Irawan memaparkan tahapan pembuatan inovasi pemanfaatan gas metan dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Timbunan Odah Sampah (Mantan Terindah).

Teks: Hasil inovasi Mantan Terindah

Inovasi ini dikembangkan sebagai langkah memanfaatkan potensi gas buangan menjadi sumber energi alternatif yang dapat digunakan oleh warga sekitar.

Menurut Irawan, seluruh peralatan yang digunakan berasal dari bahan sederhana, bahkan sebagian besar memanfaatkan limbah daur ulang.

Perlengkapan tersebut antara lain pipa berukuran 1/2 inci dan 4 inci, ban mobil bekas, serta kasa atau paranet.

“Bahan-bahan itu kemudian dirangkai untuk membentuk saluran penampungan gas yang keluar dari timbunan sampah,” kata Irawan, Selasa, 23 September 2025.

Tahap awal dimulai dengan memanfaatkan ban bekas yang disusun membentuk gorong-gorong.

Setiap gorong-gorong membutuhkan tujuh ban, dan sedikitnya dibangun empat unit untuk menampung gas.

Dua pipa berdiameter 4 inci kemudian dipasang dengan diberi lubang kecil di sepanjang badan pipa agar berfungsi sebagai penyaring sekaligus jalur aliran gas.

Langkah selanjutnya adalah menentukan zona produksi gas metan dengan memperhatikan volume dan kepadatan sampah di TPA.

Setelah zona ditetapkan, dibuat parit sepanjang sepuluh meter dengan lebar satu meter dan kedalaman empat meter.

Empat gorong-gorong buatan yang telah disiapkan diletakkan memanjang di dalam parit tersebut.

Fungsi utamanya adalah menahan gas yang keluar dari timbunan sampah agar tidak terlepas ke udara bebas.

Pipa berukuran 4 inci yang telah dilubangi dimasukkan ke dalam gorong-gorong buatan, lalu disambung membentuk huruf T terbalik.

Bagian ujung pipa dibiarkan muncul ke permukaan tanah.

Pipa ini menjadi saluran utama untuk mengalirkan gas yang tertahan di dalam gorong-gorong sekaligus mencegah air masuk dan mengganggu aliran gas.

“Seluruh susunan tersebut kemudian dibungkus dengan kasa atau paranet agar tetap stabil saat proses pemadatan gas berlangsung,” jelas Irawan.

Setelah gorong-gorong tertutup kembali oleh timbunan sampah, ujung pipa yang muncul di permukaan dihubungkan dengan pipa berukuran 1/2 inci.

Sambungan ini berfungsi untuk memadatkan aliran gas dan menyalurkannya hingga keluar dari zona timbunan.

Dari titik ini, pipa dapat diperpanjang sesuai kebutuhan hingga menjangkau area pemukiman warga.

“Biasanya pada hari kedua sudah dapat dilakukan uji coba. Caranya cukup sederhana, pipa dihubungkan ke kompor gas dan jika nyala api stabil, maka gas bisa disalurkan ke lingkungan sekitar,” ujar Irawan.

Ia menegaskan, kualitas gas hasil uji coba akan menentukan kelayakan distribusi ke warga.

Jika dinilai cukup baik, instalasi sederhana itu bisa berfungsi sebagai penyedia energi alternatif bagi masyarakat.

Inovasi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan warga pada gas elpiji sekaligus menekan dampak buruk emisi metan dari timbunan sampah.

Irawan berharap ke depan program ini dapat dikembangkan secara lebih luas, tidak hanya di satu lokasi TPA.

Menurutnya, selain bermanfaat bagi lingkungan, pemanfaatan gas metan juga membuka peluang bagi warga untuk mendapatkan energi murah dan ramah lingkungan dari sampah yang setiap hari mereka hasilkan. (Adv)

Related posts

Rea Kaltim Tanam Komitmen Lingkungan Lewat Inovasi Paving Daur Ulang

Martinus

DLHK Kukar Dukung Langkah APKASINDO Majukan Petani Sawit Lokal

Musriva

DLHK Kukar Catat Nol Kasus Pelanggaran Amdal 2025

Martinus

Leave a Comment

You cannot copy content of this page