Samarinda, infosatu.co – Tahun ini, tepatnya 2 September mendatang perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang diinisiasi oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 akan genap berusia 100 tahun.
Memasuki usia satu abad kepengurusan PSHT pun mampu bertahan hingga sekarang meski sebelumnya sempat terjadi dualisme.
Sekretaris Umum PSHT Pusat Tono Suharyanto mengatakan bahwa di usia yang ke-100 tahun, PSHT telah melalui perjalanan panjang yang banyak mengalami pasang surut.
“Memang empat tahun terakhir ini ada permasalahan di internal organisasi. Alhamdulillah berbagai macam upaya, bahkan kita ke ranah hukum dan hampir memasuki tahap selesai, keputusannya sudah inkrah. Sekarang hanya ada satu PSHT yang berpusat di Madiun, tidak ada dualisme lagi,” tegasnya.

Di dalam pengelolaan organisasi ini, para pengurus mengedepankan tiga pilar yakni, pertama sebagai organisasi persaudaraan.
Kedua, sebagai organisasi pengabdian. Dan terakhir, sebagai organisasi percontohan. Maksudnya, mereka yang berada di PSHT ini bergerak dari hati ke hati.
“Itu langkah kenapa kita bisa besar sampai sekarang. Ketika ada masalah, kita menyelesaikannya secara kekeluargaan. Semoga ke depannya, tidak ada lagi kejadian seperti sebelumnya,” harapnya.
Sementara itu, Ketua PSHT Kutai Barat (Kubar) Suparlan mengucap syukur atas hasil yang sudah ditetapkan, para pengurus sudah memperjuangkan segala upaya agar organisasi ini tidak terpecah belah.
“Alhamdulillah hasilnya sudah inkrah, hanya ada kepengurusan dengan Ketua Umum PSHT Kakangmas R Moerdjoko HW dan Ketua Dewan Pusat Kakangmas H Issoebiantoro. Ini membuktikan bahwa PSHT tidak ada dualisme lagi. Saat ini kepengurusan di Kubar menunggu arahan dari Pusat,” terangnya. (editor: Dani)