Cilacap, infosatu.co – Budidaya burung jenis anggungan menjadi alternatif usaha sampingan yang kalau serius dalam merawatnya bukan tidak mungkin akan menjadikan pendapatan yang menggiurkan.

Hal ini sudah dijalani oleh Kelik Sudarmanto (58) warga RT 5 Dusun Margamulya Desa Gandrungmangu Kecamatan Gandrungmangu saat infosatu.co berkesempatan menyambangi kediamannya, Selasa (10/8/2021) kemarin.
Diceritakan Kelik, dirinya sejak kecil menyukai anggungan dan saat ini anggungan dijadikan budidaya.
“Saya fokus di tiga jenis burung anggungan yaitu perkutut, puter pelung, dan derkuku kelantan. Ketiganya saya fokuskan untuk sarana lomba.
“Tidak semua burung yang lahir dari kandang siapa pun, itu layak untuk lomba. Akan tetapi memelihara burung lomba juga harus penuh perawatan, memelihara burung biasa pun harus serius dalam perawatan, dari sinilah saya fokus budidaya ke lomba,” terangnya.
Menurutnya, merawat adalah bukan suatu pilihan tapi kewajiban dengan harapan jika nantinya layak untuk dilombakan kemungkinan akan ada pendapatan.
“Sebagai alternatif usaha mas, apa lagi kondisi saat ini semua orang usaha di luar rumah lagi susah, kalau di anggungan kita bisa konsentrasi di rumah atau kawasan dalam rumah.
“Kenapa saya pilih anggungan, karena sudah banyak jenis binatang yang saya budidaya dari sapi, kambing, kelinci dan di anggungan ini menurut saya lebih ringan dalam pengerjaannya. Saat ini sudah ada 80 pasang perkutut atau 80 kandang ternak, puter ada 40 kandang dan terisi semua, derkuku baru 7 kandang. Semua saya lakukan sendiri tanpa harus repot mencari bantuan orang lain, bahkan keluarga di rumah sampai saat ini belum ada yang terlibat,” tambahnya.
Pada dasarnya, lanjut Kelik, tidak ada peternak atau pembudidaya besar atau kecil, yang ada hanya sama-sama berharap dan bagi pemula jangan minder karena yang besar butuh yang kecil yang lama juga butuh yang baru dan dalam lomba setiap burung yang ditampilkan itu pasti yang terbaru.
Kelik juga memberikan tips cara merawat burung yang baik, menurutnya belajarlah dari awal jangan sampai senang burung, tapi senanglah merawat burung dengan baik.
“Kalau sudah senang dengan burungnya untuk mendapat kesenangan atau pertemanan akan sangat sulit, karena di saat orang senang dengan sesuatu itu biasanya cenderung idealis, hobi harus dinamis dan berkembang.
“Tiga hal menguntungkan yang dapat dirasakan dalam budidaya ini, pertama bisa memperbanyak burung, kedua pertemanan dan terakhir adanya pundi-pundi rupiah, sekarang kalau tidak menguntungkan otomatis tidak saya kerjakan,” bebernya.
Tekait harga burung, Kelik menambahkan jika harga adalah variatif dan rata-rata dijual untuk anakan usia 1,5 – 2 bulan seharga Rp 1-2 juta.
“Konsumen saya hampir seluruh kota besar di Indonesia, kalau masalah pendapatan setiap bulan sekitar Rp 50-an juta dan biaya perawatan 750 ribu per bulan,” terangnya.
Bapak dari tiga anak ini juga telah mengantarkan anak-anaknya menjadi dokter. Anak pertama perempuan sudah jadi dokter, anak kedua laki-laki juga sudah jadi dokter. Sementara, untuk yang paling kecil tahun depan masuk kedokteran juga. Semua hanya dari hasil budidaya anggungan.
“Sebetulnya saya belum sukses, baru berhasil, karena saya lakukan semua ini selagi saya masih ada. Harapan saya anak cucu saya nanti dapat meneruskan budidaya ini dan baru bisa dikatakan sukses,” pungkasnya. (editor: irfan)