infosatu.co
DLHK Kukar

Begini Cara Sederhana Mengubah Sampah Dapur Menjadi Kompos Bernilai

Teks: Ketua TPS3R Barokah Loa Kulu, Muhammad Fadli memaparkan cara pembuatan pupuk kompos dari sisa limpah rumah tangga

Kukar, infosatu.co – Ketua Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Barokah Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim) Muhammad Fadli, memaparkan cara mengolah sampah organik rumah tangga menjadi kompos.

Menurutnya, langkah sederhana ini tidak hanya bermanfaat bagi kelestarian lingkungan, tetapi juga berpotensi menambah nilai ekonomi bagi masyarakat.

“Langkah demi langkah membuat kompos itu mudah sekali. Cuma lima langkah,” ujar Fadli.

Itu disampaikan ketika memberikan edukasi kepada warga dalam kegiatan praktik pengolahan sampah organik menggunakan metode ember tumpuk, Selasa, 30 September 2025.

Ia menjelaskan, proses pertama dimulai dengan menyiapkan wadah komposter berupa ember tumpuk serta sampah organik yang sudah dipilah.

Sampah organik, terutama sisa sayur atau kardus, sebaiknya dicacah kecil-kecil agar lebih cepat terurai.

Setelah itu, sampah dimasukkan secara berlapis, dimulai dari bahan cokelat seperti daun kering atau kardus di bagian dasar.

Lalu dilanjutkan dengan bahan hijau berupa sisa dapur, kemudian ditutup kembali dengan lapisan bahan cokelat. Pola ini diulangi hingga wadah terisi penuh.

Kepala Seksi Pelayanan Umum Pemerintah Kecamatan Loa Kulu itu, menekankan pentingnya mengaduk kompos setiap tiga hingga lima hari sekali agar udara tercampur rata.

Hal ini dilakukan untuk menghindari bagian kompos yang terlalu basah atau memunculkan bau tidak sedap.

Ia menambahkan, proses pengomposan memerlukan kesabaran karena memakan waktu satu hingga tiga bulan.

Ciri kompos matang dapat dikenali dari warna hitam gelap, tekstur mirip tanah, serta aroma segar menyerupai hutan.

Menurutnya, ada beberapa masalah umum yang kerap ditemui warga saat membuat kompos.

Misalnya, jika kompos terlalu basah dan berbau, solusinya adalah menambah lebih banyak bahan cokelat seperti daun kering atau kardus.

Sementara untuk mencegah lalat, Fadli mengingatkan agar setiap kali memasukkan sampah dapur selalu ditutup rapat dengan lapisan bahan cokelat.

Apabila proses penguraian berjalan lambat, sampah bisa dicacah lebih kecil lagi dengan memastikan kelembapannya terjaga.

Setelah matang, kompos dapat langsung dimanfaatkan.

Warga bisa menggunakannya sebagai media tanam bunga di pot, menyuburkan tanaman sayuran seperti cabai dan tomat, hingga memperbaiki kualitas tanah di pekarangan rumah.

Lebih dari itu, kompos juga berpotensi dijual kepada tetangga atau komunitas pecinta tanaman, sehingga membuka peluang tambahan penghasilan.

Fadli berharap, kegiatan pengomposan ini bisa meluas ke kelompok-kelompok masyarakat.

Mulai dari lingkup kecil di rumah masing-masing, kelompok RT atau dasawisma, hingga program resmi seperti PKK atau Dharma Wanita.

Menurutnya, gerakan ini bukan sekadar soal pengelolaan sampah, tetapi juga langkah nyata menjaga lingkungan.

“Yuk, kita mulai gerakan bersama. Dari dapur kita, untuk lingkungan yang lebih baik,” tuturnya. (Adv)

Related posts

Ibu-ibu di Kukar Diajak Olah Sampah Dapur Menjadi Pupuk Kompos

Martinus

Sugiarto Dorong Kesadaran Lingkungan Lewat Pemanfaatan Jelantah

Martinus

Minyak Jelantah Bisa Jadi Peluang Ekonomi, DLHK Kukar Gencarkan Edukasi

Martinus

Leave a Comment

You cannot copy content of this page