
Kukar, infosatu.co – Kelurahan Jahab, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim) kini memiliki sebuah wadah yang memberi warna baru dalam pengelolaan sampah.
Bank Sampah Etam Idaman yang berdiri di tengah permukiman warga bukan hanya berfungsi sebagai tempat menabung sampah, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Kehadiran lembaga ini merupakan bentuk nyata dari implementasi program Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, “Kukar Idaman Terbaik”, khususnya melalui agenda “Jaga Lingkungan Lestari”.
Ketua Bank Sampah Etam Idaman, Srie Lestari, menceritakan perjalanan awal pendirian bank sampah tersebut.
Ia mengaku pertama kali diminta oleh lurah setempat untuk memimpin kegiatan setelah adanya instruksi dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK).
Permintaan itu berangkat dari kebutuhan akan adanya bank sampah di setiap kelurahan.
“Awalnya saya diundang Pak Lurah karena dari DLHK meminta di kelurahan harus ada bank sampah. Jadi saya ditunjuk sebagai ketuanya, karena dari pengalaman sebelumnya kami mengurus sampah,” kata Srie di Jahab, Kamis, 2 Oktober 2025.
Dorongan mendirikan bank sampah, lanjutnya, juga datang dari kegelisahan melihat persoalan sampah yang kian menumpuk. Sampah yang tidak terkelola dengan baik membuat lingkungan menjadi semrawut.
Dari keresahan itu lahirlah ide untuk membangun sebuah wadah yang bisa menampung sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai nilai dan manfaat pengelolaan sampah.
Dengan dukungan 15 anggota, Bank Sampah Etam Idaman berdiri di atas semangat gotong royong.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengajak masyarakat memilah sampah rumah tangga. Kesadaran itu tentu tidak muncul dalam sekejap.
Dibutuhkan cara-cara persuasif agar masyarakat memahami bahwa sampah bisa bernilai ekonomi ketika dipilah dengan benar.
Tujuan utama pendirian bank sampah, ujar Srie, bukan sekadar mengurangi timbunan sampah. Lebih dari itu, ia ingin menghadirkan perubahan pola pikir masyarakat agar peduli terhadap lingkungan sekaligus memperoleh manfaat ekonomi.
“Harapan kami, bank sampah ini bisa menjadi contoh bahwa masalah sampah sebenarnya bisa diatasi kalau kita mau disiplin memilah sejak dari rumah. Dari sini juga masyarakat bisa merasakan langsung manfaat ekonominya,” ungkapnya.
Untuk memfasilitasi warga, Bank Sampah Etam Idaman membuka layanan pembelian sampah dua kali seminggu, setiap Kamis dan Sabtu.
Warga yang datang membawa sampah akan ditimbang, kemudian dicatat dalam buku rekening bank sampah milik masing-masing.
“Berat sampah yang ditimbang akan dicatat. Hasilnya akan dibayar setelah kami menjualnya ke bank sampah induk,” jelas Srie. Keterangan itu juga dibenarkan oleh dua anggota bank sampah, Magdalena dan Marlina, yang turut mendampingi.
Kini, Bank Sampah Etam Idaman tidak hanya menjadi tempat transaksi sampah, tetapi juga ruang pembelajaran bagi warga Kelurahan Jahab.
Di sana, masyarakat bisa menyaksikan langsung proses memilah, menimbang, mencatat, hingga menyetor sampah ke bank induk. Suasana yang tampak adalah warga bergantian datang membawa sampah plastik, botol, dan kardus, sementara pengelola dengan teliti mencatat hasil timbangan ke buku rekening.
Srie menegaskan, kegiatan yang dijalankan saat ini bukan hanya sebatas program teknis pengelolaan sampah, melainkan juga gerakan sosial yang menanamkan nilai kemandirian, kebersamaan, dan kepedulian terhadap lingkungan.
“Ini bukan sekadar soal sampah, tetapi bagaimana kita belajar bersama menjaga lingkungan untuk anak cucu kita, sekaligus mendapatkan manfaat nyata bagi kehidupan sehari-hari,” ucapnya.
Bank Sampah Etam Idaman pun berkembang menjadi simbol perubahan di Kelurahan Jahab.
Di balik tumpukan plastik dan kertas yang dikumpulkan, tersimpan semangat warga untuk menata lingkungan agar tetap bersih, sehat, dan lestari. (Adv)