
Kukar, infosatu.co – Bank Sampah Al Hidayah di Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim) tengah menyiapkan langkah baru dalam pengelolaan sampah.
Tidak hanya berfungsi sebagai tempat menukar sampah anorganik dengan nilai ekonomis, pengurus berupaya menghadirkan inovasi yang lebih berkelanjutan.
Salah satu gagasan yang kini dirancang adalah memanfaatkan limbah plastik untuk diolah menjadi paving block.
Produk ini diyakini lebih tahan lama sekaligus efektif mengurangi penumpukan sampah di lingkungan.
Ketua Bank Sampah Al Hidayah, Sugiarto, menyadari bahwa mengelola bank sampah di tingkat kelurahan tidak selalu berjalan mulus.
Masih ada sebagian warga yang enggan terlibat.
Namun, kata dia, lewat sosialisasi yang dilakukan secara konsisten, masyarakat perlahan mulai memahami manfaat program tersebut.
Warga kemudian terdorong untuk berpartisipasi dengan mengantarkan sampah ke bank sampah secara sukarela.
Ia menjelaskan, pengolahan limbah anorganik menjadi kerajinan tangan memang bermanfaat, tetapi ketahanannya terbatas.
Umur produk hanya satu hingga dua tahun sebelum akhirnya kembali menjadi sampah.
Dari pengalaman itu, muncul pemikiran agar plastik bisa diproses menjadi paving block, sehingga memiliki nilai pakai lebih panjang dan benar-benar mengurangi jumlah sampah, bukan sekadar menunda.
Lebih lanjut ia mengatakan, Bank Sampah Al Hidayah juga berupaya memperluas program pengelolaan limbah, termasuk sampah rumah tangga yang tergolong bahan berbahaya dan beracun.
Minyak jelantah, misalnya, diolah menjadi lilin aromaterapi yang dapat dijual kembali.
Hasil penjualannya dipakai untuk kegiatan sosial, seperti membantu penyelenggaraan Taman Pendidikan Quran (TPQ) maupun memberi santunan kepada warga kurang mampu.
Menurut Sugiarto, gerakan ini tidak lahir dari orientasi keuntungan pribadi, melainkan sebagai bentuk ibadah sosial. Ia meyakini, bila tujuan hanya sebatas mencari penghasilan, program ini akan sulit bertahan lama.
Dengan niat ibadah, katanya, siapa pun bisa ikut menyumbang meski tidak memiliki uang, cukup dengan menyetorkan sampah yang dihasilkan di rumah.
Dalam penyebaran informasi, pengurus banyak menggandeng kelompok ibu-ibu PKK di tingkat RT hingga kelurahan.
Alasannya, ibu rumah tangga adalah pihak yang paling dekat dengan aktivitas penghasil sampah sehari-hari.
Dengan keterlibatan mereka, upaya memilah sampah sejak dari rumah bisa berjalan lebih efektif.
Dengan konsistensi dan dukungan masyarakat, Sugiarto optimistis Bank Sampah Al Hidayah akan terus berkembang menjadi solusi ganda yaitu menjaga lingkungan tetap bersih sekaligus memberdayakan warga.
Ia menambahkan, selama niatnya dijalankan demi kebaikan bersama, langkah ini diyakini akan berumur panjang. (Adv)