
Samarinda, infosatu.co — Ketahanan keluarga di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tengah menghadapi ujian berat.
Lonjakan angka perceraian kembali mencuat ke permukaan dengan persoalan ekonomi menjadi penyebab utama retaknya banyak rumah tangga.
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda Sri Puji Astuti.
Dia menyebutkan tekanan ekonomi, seperti pengangguran, maraknya pinjaman online (pinjol), hingga praktik judi daring telah memperparah kondisi keluarga di tengah masyarakat yang semakin kompleks.
“Pernikahan itu butuh kekuatan dan ketahanan. Ketika ekonomi goyah, semuanya ikut terdampak,” ungkapnya.
Ia menyoroti realitas kelam di balik tingginya angka pengangguran, termasuk di kalangan lulusan perguruan tinggi.
“Bayangkan hampir satu juta lulusan S-1 menganggur. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak kuliah? Ini menjadi tekanan besar dalam keluarga,” tambahnya.
Sri Puji menegaskan bahwa krisis ekonomi dalam rumah tangga lebih sulit ditangani dibanding masalah sosial biasa.
Ia menilai bahwa konflik keluarga akibat ketidakstabilan keuangan lebih berisiko menyebabkan perceraian.
“Masalah sosial masih bisa diredam. Tapi kalau ekonomi yang terguncang, itu sulit. Itu yang sering jadi akar perpisahan,” jelasnya.
Ia juga menyoroti fenomena meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap jalan pintas untuk memperbaiki kondisi hidup, seperti berjudi secara online atau mengambil pinjaman tanpa perhitungan.
“Orang tergiur mencari hidup yang lebih baik, tapi caranya keliru. Akhirnya bukannya bangkit, malah terjerumus lebih dalam,” terangnya.
Menyikapi situasi ini, Sri Puji mendorong pemerintah kota untuk memperkuat program pemberdayaan ekonomi.
Termasuk pelatihan vokasi, pengembangan UMKM, dan peningkatan keterampilan kerja bagi masyarakat.
“UMKM harus didukung, keterampilan harus ditingkatkan. Jangan lupa juga pentingnya edukasi soal ketahanan keluarga, agar tidak terjadi pernikahan anak maupun kehamilan di luar nikah,” pungkasnya.