
Kutim, infosatu.co – Bupati Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur (Kaltim) Ardiansyah Sulaiman menyebutkan, Sungai Sangatta memiliki potensi besar.
Menurutnya, Sungai Sangatta seharusnya tidak hanya dilihat dari sisi ekologis atau fisiknya, tetapi juga dari peran strategisnya sebagai ruang sosial, ekonomi, dan wisata bagi masyarakat.
Menurutnya, arah kebijakan pengelolaan sungai kini diarahkan pada pemanfaatan yang produktif dan berkelanjutan, bukan sekadar pada aspek rehabilitasi teknis.
Ardiansyah menilai, pembicaraan tentang perbaikan atau normalisasi sungai sering kali dipersempit menjadi urusan infrastruktur daerah, padahal secara kewenangan, pengelolaan sungai berada di bawah tanggung jawab pemerintah provinsi.
Karena itu, kata dia, diskusi mengenai Sungai Sangatta perlu diperluas agar menyentuh aspek manfaat langsung bagi masyarakat, termasuk penguatan kegiatan ekonomi di sekitarnya.
Ia menjelaskan, kondisi Sungai Sangatta sejauh ini masih relatif baik dengan tingkat kelestarian sekitar 70 hingga 80 persen.
Namun, tantangan utama yang dihadapi bukan pada pencemaran atau sedimentasi berat, melainkan pada ancaman banjir yang kerap terjadi saat debit air meningkat di kawasan hulu.
Limpahan air dari daerah atas, menurutnya, sering mengalir deras ke wilayah hilir dan berdampak pada kawasan Rantau Pulung, Sangatta Utara, serta Sangatta Selatan.
“Masalah banjir ini tidak bisa ditangani dengan pendekatan sementara. Kita butuh langkah mitigasi yang terencana dan berjangka panjang,” ujar Ardiansyah saat membuka Open Tournament Arung Jeram Dispora Kutai Timur Cup 2025, Kamis, 13 November 2025.
Ia mengungkapkan, pemerintah daerah bersama provinsi perlu memikirkan pembangunan infrastruktur pengendali air, seperti bendungan atau kanal pengalir yang dapat menyalurkan air langsung ke laut.
Selain itu, pemasangan turap di titik-titik rawan juga menjadi opsi yang patut dikaji untuk mengurangi risiko banjir di kawasan padat penduduk.
Lebih jauh, Ardiansyah menekankan pentingnya pendekatan terpadu dalam menjaga ekosistem sungai.
Menurutnya, upaya pengamanan lingkungan tidak bisa dilakukan secara terpisah antara satu wilayah dengan wilayah lain.
Diperlukan kajian menyeluruh agar langkah mitigasi tidak hanya berfokus pada pengendalian banjir, tetapi juga menciptakan nilai tambah ekonomi dan sosial bagi warga di sekitar aliran sungai.
Ardiansyah juga melihat potensi besar Sungai Sangatta sebagai destinasi wisata air. Ia menilai, kegiatan olahraga air seperti arung jeram dapat menjadi pintu masuk pengembangan sektor pariwisata daerah sekaligus menggerakkan perekonomian masyarakat.
Turnamen arung jeram yang digelar tahun ini, kata dia, diharapkan mampu membangkitkan minat masyarakat terhadap wisata berbasis alam serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian sungai.
“Kegiatan seperti ini bukan hanya soal olahraga, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif. Jika sungai dikelola dengan baik, ia bisa menjadi sumber kehidupan baru bagi masyarakat,” tuturnya.
Ardiansyah menilai, keterlibatan masyarakat menjadi faktor kunci dalam keberhasilan pengelolaan Sungai Sangatta.
Pemerintah daerah, lanjutnya, berperan sebagai fasilitator dan penyusun kebijakan, sementara masyarakat dapat berinisiatif dalam mengembangkan potensi lokal, seperti wisata perahu, kuliner khas tepian sungai, atau jasa transportasi air.
Ia menegaskan, pembangunan Kutai Timur ke depan tidak boleh lagi bertumpu hanya pada sektor tambang. Potensi alam seperti sungai, hutan, dan kawasan pesisir perlu dioptimalkan secara berkelanjutan untuk membangun identitas baru daerah.
Melalui momentum turnamen arung jeram tahun ini, Ardiansyah berharap Sungai Sangatta dapat menjadi simbol kesadaran baru, bahwa sungai bukan sekadar jalur air, melainkan ruang hidup yang menyatukan manusia, alam, dan ekonomi lokal Kutai Timur. (Adv).
