infosatu.co
DPRD KALTIM

Andi Satya: Tes Urine Deteksi HPV, Lebih Ramah Perempuan

Teks: Wakil Ketua Komisi IV, Andi Satya Adi Saputra.

Samarinda, infosatu.co – Tingginya angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia menjadi sorotan Wakil rakyat.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Andi Satya Adi Saputra, mengusulkan pendekatan skrining yang lebih manusiawi dan ramah privasi.

Salah satu metode yang ia dorong untuk diadopsi Dinas Kesehatan Kaltim adalah pemeriksaan deteksi dini HPV menggunakan tes urine.

“Angka kematian untuk kanker serviks ini mencapai hampir 50 persen,” kata Andi Satya beberapa waktu lalu.

Dari 36.633 penderita tiap tahun, katanya, sekitar 18 ribu meninggal. Ini angka yang sangat memprihatinkan.

Sebagai dokter spesialis kandungan, Andi memahami betul metode konvensional skrining.

Seperti penggunaan alat cocor bebek (spekulum), kerap membuat perempuan enggan melakukan pemeriksaan karena dianggap mengganggu privasi, terutama bagi yang belum menikah.

“Banyak perempuan, apalagi yang belum menikah, merasa malu atau tidak nyaman diperiksa dengan metode lama,” katanya.

“Akibatnya, mereka memilih untuk tidak melakukan skrining sama sekali,” jelasnya.

Untuk itu, ia mendorong adopsi metode deteksi melalui urine sebagai solusi alternatif.

Menurutnya, metode ini tidak invasif, lebih praktis, dan bisa dilakukan sendiri di rumah.

“Tes urine ini tergolong mudah dan praktis. Perempuan hanya perlu buang air kecil, tampung urinenya dalam botol khusus, lalu diperiksa dengan alat yang bisa mendeteksi HPV,” katanya.

“Tidak perlu tenaga medis, tidak mengganggu privasi, dan hasilnya cepat keluar,” paparnya.

Ia menambahkan bahwa metode ini memiliki potensi besar untuk menjangkau perempuan di daerah pedesaan dan pelosok yang minim fasilitas kesehatan.

Hal ini karena tidak memerlukan infrastruktur klinis yang kompleks.

“Pemeriksaan ini sangat potensial untuk diterapkan secara massal, terutama dalam program kesehatan berbasis komunitas. Ini revolusioner, dan bisa menyelamatkan banyak nyawa jika diadopsi secara luas,” tegasnya.

Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan berfokus pada kenyamanan pasien, ia berharap stigma terhadap pemeriksaan kanker serviks dapat berkurang.

“Kesehatan perempuan adalah fondasi kesehatan keluarga. Jika kita ingin masyarakat yang kuat, maka perempuannya harus sehat terlebih dulu,” pungkas Andi.

Related posts

Jahidin: Wartawan Bagian Tak Terpisahkan dari Tugas DPRD Awasi Aset Daerah

adinda

Jahidin: Bongkar Bangunan Liar di Aset Daerah, Nilai Kelalaian Sudah Puluhan Tahun

adinda

Fadly Imawan Minta Pemerintah Beri Afirmasi Pendidikan di Wilayah Tertinggal

adinda

Leave a Comment

You cannot copy content of this page