infosatu.co
POLITIKSamarinda

Sambut IKN, Pemerintah Wajib Edukasi Warga Suku Dayak

Penulis : Erlin – Editor : Sukri

Samarinda,infosatu.co – Ibu Kota Negara (IKN) baru untuk siapa?.Begitulah tema diskusi yang dilakukan para pengamat dan pemikir dari Komunitas dan organisasi Suku Dayak, Agustinus Lejiu S. Sos, M.Si selaku pencetus diskusi

Dia,menjelaskan, sejak diputuskannya ibu kota negara baru (IKN) di Kalimantan Timur, mayoritas warga Dayak diakui merasa was-was.

Agustinus bersama beberapa pengamat dan pemikir, yang selama ini giat berdiskusi, baik secara formal maupun dalam group Whatshapp, menggelar pertemuan khusus di Hotel Amarris Samarinda, Senin (9/9/2019) kemarin.

“Pertemuan tersebut lebih merupakan perenungan terhadap besarnya kecemasan masyarakat lokal yang akan menanggung semua perubahan yang terjadi dengan hadirannya IKN nantinya,” tutur Agustinus pada infosatu,co melalui pesan Whatshapp, Kamis (12/9/2019).

Menurutnya, secara spesifik masyarakat (adat) Dayak, yang sejak dahulu hidup didaerah pedalaman, perbatasan, daerah terpencil, desa desa yang ada dipedalaman, dan mereka yang selama ini lahir, besar, hidup dari berkebudayaan, sebagai masyarakat sekitar hutan, dianggap akan merasakan dampak besar kehadiran IKN tersebut. Mulai dari perubahan gaya hidup, hingga lingkungan.

“Perubahan besar itu akan datang, tentu dengan gegap gempita dan aneka gempuran perubahan yang dapat saja memaksa orang lokal, spesifiknya mayarakat Dayak untuk memilih antara dua pilihan (alamiah) bertahan atau semakin marginal,” jelasnya

Diskusi dengan tema “IKN Untuk Siapa?” tersebut di hadiri juga Prof. Martinus Nanang, Dr. Moses Komela, Rudi Sulistio, dr. Luks Demo, A Petrus Ngo, SE, MM, Markus Laden, S.PSi

Pandangan Prof. Martinus Nanang, dan Dr. Moses Komela, yang harus difikirkan oleh pemerintah ialah mengedukasi warga adat bagaimana harus menempatkan diri mereka, serta apa yang harus dibangun, agar masyarakat adat tidak saja mendengar indahnya kabar IKN tetapi tidak menikamati manfaat yang sesungguhnya.

“Ini menjadi perhatian kami, bagaimana orang Dayak akan bertahan dengan jutaan penduduk baru yang akan tiba, yang mengubah demografi, yang awalnya relatif homogen,  terutama di desa desa, mendadak menjadi heterogen,” terang Prof. Martinus

“Tatanan masyarakat, baik cultur maupun prilaku sosialnya akan berubah. Penduduk baru yang akan datang butuh lahan, butuh ruang, dan menciptakan persaingan, perebutan kesempatan membuat kondisi lokal pasti terhimpit, karena selama ini tanah air bagaikan ibu kandung yang selalu mereka pelihara sebagai sumber penghidupan mereka,” lanjutnya

Adanya skema pemerintah menjual lahan kepada umum, dengan harga fantastik bagi warga adat yang selama ini memiliki lahan tanpa membeli. Seperti yang ramai diberitakan, 2 juta rupiah untuk satu meter persegi, dan harus dibangun segera, dalam waktu 2 tahun, serta bangunan harus dua lantai, seberapa banyak masyarakat lokal yang memiliki kemampuan finansial demikian.

“Kemungkinan dengan skema tersebut pastilah bukan warga lokal yang akan berinvestasi. Sudah bisa kita terawang,” kata Prof Martinus

Prof. Martinus Nanang, mengingatkan,jika diperhatikan makna dari kecemasan dan ragam pertanyaan, dapat dikelompokkan berkaitan IKN, menjadi 3 bagian yaitu, tuntutan, dampak serta adaptasi.

“Nah tinggal kita memilih yang mana. Saran saya kita ambil poin yang ketiga yaitu adaptasi. Ini harus dipacu oleh pemerintah untuk warga adat,” jelasnya

Dalam kesimpulan diskusi para pengamat adat, masyarakat adat harus mendapatkan, minimal membagi skema pembinaan SDM, seperti melalui dua metode yakni, metode cepat, seperti pelatihan – pelatihan, agar warga adat semakin terampil. Serta, memberikan beasiswa kepada warga adat, untuk disekolahkan melalui lembaga pendidikan/universitas yang baik dan unggulan.

Sementara Dr. Moses Komela,Kepala Gereja Katolik Katedral Samarinda menjelaskan, IKN ini akan menimbulkan akselerasi pembangunan dan akan terjadi exspansi yang luar biasa yang bisa saja mendobrak banyak hal

“Jika orang Dayak tidak dapat beradaptasi maka dapat saja terjadi goncangan. Perubahan yang masif, baik demografi dan tatanan sosial lainnya. Mengubah homogenitas dengan heterogenitas dalam waktu yang singkat,” jelas kepala Gereja tersebut.

Moses melanjutkan, perjuangan orang dayak dirasa belum pernah fokus, oleh karena itu terlalu banyak energy yang sia-sia,”ucapnya

Related posts

Presiden PKS dan Jurnalis Kaltim Bermain Mini Soccer, Kampanyekan Gaya Hidup Sehat

Adi Rizki Ramadhan

HET Dikeluhkan Distributor Beras di Samarinda: Petani dan Pelaku Usaha Semakin Terjepit

adinda

Pesona Tari Hudoq di Pembukaan EBIFF 2025, Makna Mendalam Budaya Dayak

Adi Rizki Ramadhan

You cannot copy content of this page