Samarinda, infosatu.co – Di antara kesibukan Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) yang tak pernah benar-benar sunyi, Siti Fatimah Sari menyimpan satu tekad yang ia jaga sejak lama, bisa duduk di bangku kuliah dan memperdalam ilmu agama hingga jenjang magister.
Perempuan kelahiran Samarinda, 31 Mei 2000 itu, tumbuh dalam keluarga yang membiasakan kedisiplinan beragama dan kecintaan pada ilmu.
Namun, keinginan melanjutkan pendidikan kerap terbentur satu persoalan yang tak asing bagi banyak mahasiswa: biaya.
“Biayanya besar, saya sempat kepikiran untuk menunda,” kenangnya.
Semua berubah ketika ia mendengar kabar tentang Program Gratispol Pendidikan yang diluncurkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Informasi itu ia dapatkan dari website dan obrolan sekitar lingkungan kampus.
“Begitu tahu uang kuliat tunggal (UKT) bisa ditanggung, saya langsung mantap mendaftar,” ujarnya.
Ketika Peluang Baru Menghapus Kekhawatiran Lama
Kini, Fatimah tercatat sebagai mahasiswi Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) di Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.
Program Gratispol menanggung penuh UKT-nya yang berkisar Rp5 juta per semester. Hal itu membuka jalan yang sebelumnya terasa berat untuk dilalui.
“Saya benar-benar terbantu. Kalau tidak ada Gratispol, saya mungkin tidak berani lanjut S2,” katanya dengan lega.
Baginya, program ini bukan hanya tentang biaya. Ini tentang kesempatan untuk berkembang, melangkah lebih jauh, dan mewujudkan cita-cita yang sudah lama ia simpan.
Cita-Cita Mengabdi di Jalur Pendidikan dan Dakwah
Fatimah memilih jurusan IAT bukan tanpa alasan. Ia ingin berada di garis depan pendidikan Islam di Kaltim mengajar, membimbing, sekaligus berdakwah.
“Setelah selesai kuliah, saya ingin mengabdi di bidang dakwah dan pendidikan. Ilmu ini saya dedikasikan untuk masyarakat, organisasi, dan lembaga keagamaan,” jelasnya.
Program Gratispol, baginya, bukan hanya bantuan biaya. Ia melihatnya sebagai “peneguh arah hidup”, yang membuatnya bisa fokus belajar tanpa rasa cemas.
Harapan Program yang Lebih Terstruktur dan Mudah Diakses
Meski merasa sangat terbantu, Fatimah berharap Gratispol terus diperbaiki dari sisi informasi dan tata kelola.
“Harapannya, beasiswa ini lebih jelas dan terstruktur, serta informasinya tersebar lebih luas,” katanya.
Ia menambahkan bahwa sistem yang mendukung penerima adalah hal yang krusial.
“Prosedurnya harus memudahkan, bukan membuat bingung. Yang penting, orang yang benar-benar layak bisa mendapatkan manfaatnya.”
Catatan untuk Pendidikan Kaltim
Sebagai penerima manfaat, Fatimah melihat bahwa dunia pendidikan di Kaltim masih menghadapi tantangan.
Menurutnya, seleksi penerima beasiswa perlu lebih rinci, mulai dari berkas hingga wawancara. Ia juga menilai perlunya adanya evaluasi bagi penerima yang tidak menyelesaikan studi.
“Harus ada punishment yang jelas agar penerima beasiswa punya tanggung jawab dalam menyelesaikan kuliah,” sarannya.
Program yang Mengubah Banyak Hidup
Hingga kini, Gratispol telah membuka peluang pendidikan bagi puluhan ribu mahasiswa Kaltim.
Fatimah adalah salah satu wajah di balik angka itu bukti bahwa ketika akses dibuka, semangat belajar bisa tumbuh lebih tinggi dari semua hambatan.
“Semoga program ini terus berjalan dan makin banyak yang merasakan manfaatnya,” tutup Fatimah penuh syukur. (Adv Diskominfo Kaltim)
