
Kukar, infosatu.co – Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Barokah di Kecamatan Loa Kulu, kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim), sebelumnya hanya berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sampah.
Namun, dalam perjalanannya, lokasi ini bertransformasi menjadi TPS3R berkat dukungan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.
“Awalnya kita hanya angkut dan buang. Sekarang polahnya kita tampung, kita pilah mana yang punya nilai ekonomi dan sisah sampah yang tidak bermanfaat kita kirim ke TPA,” tutur Ketua TPS3R Barokah, Muhammad Fadli, di lokasi, Rabu, 24 September 2025.
Fadli menjelaskan, TPS3R Barokah masih berada dalam naungan Pemerintah Kecamatan Loa Kulu dengan subsidi dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kukar.
Pemantauan dan pengawasan pun tetap dilakukan oleh pihak kecamatan. Namun, pengelolaannya diarahkan untuk bisa mandiri di masa depan.
“Kemandirian ini nanti diatur kepengurusan, operasionalnya nanti dikelola sendiri,” ujarnya.
TPS3R Barokah menampung sampah dari empat desa, yakni Loa Kulu Kota, Ponoragan, Loa Sumber, dan Sepakat.
Sarana yang tersedia cukup lengkap, mulai dari gedung induk, kantor, gudang, rumah pembakaran, hingga peralatan mesin pengelolaan. Resmi berdiri pada 2023, TPS3R mulai beroperasi pada Mei 2024.
Dalam satu hari, rata-rata 1,3 ton sampah masuk ke tempat ini. Sekitar setengah ton di antaranya merupakan sampah bernilai ekonomi yang dipilah, sedangkan sisanya dibakar.
Hingga tahun berjalan 2025, data mencatat volume sampah yang telah diproses cukup signifikan.
“TPS3R Barokah menghasilkan sampah yang sudah dipilah untuk sampah organik sebanyak 4,5 ton lebih, dan untuk non organik sudah mencapai 31 ton,” katanya.
“Sementara sampah yang dibakar telah mencapai 152 ton. Totalnya kurang lebih 188 ton. Ini baru 8 bulan dalam tahun ini, dan belum tercatat untuk bulan ini,” kata Fadli.
Hasil pengelolaan itu turut memberikan pemasukan, meski masih fluktuatif.
Fadli menyebutkan, setiap bulan TPS3R Barokah memperoleh pendapatan antara Rp6 juta hingga Rp8 juta, tergantung volume sampah yang masuk.
Namun, pendapatan itu belum mencukupi untuk menutup kebutuhan operasional, termasuk gaji karyawan.
Saat ini, terdapat 26 orang pekerja yang terlibat, terdiri dari 9 perempuan dan 17 laki-laki.
Menurut Fadli, sebagian besar ibu-ibu pekerja sehari-hari bertugas menyapu jalan protokol di Kecamatan Loa Kulu.
Setelah menyelesaikan pekerjaan itu, mereka melanjutkan kegiatan memilah sampah di TPS3R.
Dari segi pembiayaan, 13 orang karyawan digaji oleh Pemerintah Kecamatan Loa Kulu, sementara 13 lainnya mendapat dukungan dana dari DLHK Kukar.
Nama Barokah yang disematkan pada TPS3R ini, menurut Fadli, bukan tanpa alasan.
Ia menilai pengelolaan sampah mampu memberikan nilai tambah sekaligus berkah bagi masyarakat.
“Nama TPS3R Barokah karena dengan adanya sampah ini kita mendapatkan berkah yang bernilai ekonomi. Dan sekarang sudah bisa kita nikmati,” kata Kepala Seksi Pelayanan Umum Kecamatan Loa Kulu itu.
Sebagai bentuk semangat, pengelola TPS3R bahkan memiliki slogan sederhana yaitu kopi sampah.
Filosofinya, dari hasil kerja keras memilah sampah, pengelola bisa menikmati secangkir kopi sebagai simbol keberkahan. (Adv)