infosatu.co
DLHK Kukar

DLHK Kukar Beberkan Aspek Sosial Ekonomi Budaya Studi AMDAL PT CSN

Teks: Rapat Komisi Pembahasan AMDAL PT CSN

Kukar, infosatu.co – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim) melalui tim penyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) menguraikan sejumlah aspek sosial, ekonomi, dan budaya berkaitan rencana kegiatan PT Cemerlang Sawit Nusantara (CSN).

Ketua tim penyusun, Muhammad Yahya, menyampaikan pemaparan itu dengan menekankan kondisi masyarakat di wilayah studi yang menjadi lokasi aktivitas perusahaan.

“Jumlah penduduk di kawasan tersebut tercatat mencapai 20.700 jiwa dengan tingkat kepadatan 43,83 jiwa per kilometer persegi,” kata Yahya dalam Rapat Komisi Pembahasan AMDAL, Kamis 11 September 2025.

Komposisi penduduk menunjukkan rasio jenis kelamin yang tidak seimbang, dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.

Rasio jenis kelamin berada pada angka 111,22. Dari segi kelompok umur, 67,2 persen penduduk berada dalam usia produktif, yakni 15 hingga 64 tahun.

Namun, meski mayoritas berada di usia kerja, tantangan sosial masih cukup tinggi.

Tingkat partisipasi angkatan kerja hanya mencapai 54,62 persen, sedangkan pengangguran masih berada di kisaran 45,3 persen.

Data mata pencaharian juga menunjukkan sebagian besar penduduk belum memiliki pekerjaan tetap.

Tercatat sekitar 5.420 orang atau 25,41 persen berada dalam kategori tidak bekerja.

Dari sisi pendidikan, proporsi terbesar masyarakat justru berada pada kategori belum sekolah, yakni 22,74 persen.

Kondisi ini memberi gambaran bahwa kualitas sumber daya manusia di wilayah tersebut masih menghadapi hambatan serius.

Adapun dari sisi keagamaan, masyarakat wilayah studi didominasi pemeluk Islam dengan persentase mencapai 99,57 persen.

Agama lain seperti Protestan, Katolik, dan Hindu hanya menempati porsi sangat kecil, sementara Buddha dan Konghucu tidak tercatat sama sekali.

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat ditopang oleh keberadaan sarana perdagangan sederhana.

Di sana sudah terdapat kelompok pertokoan, pasar semi permanen, hingga 12 unit pasar tanpa bangunan.

Dari aspek budaya, penduduk terdiri atas beragam etnis, termasuk masyarakat Kutai yang masih memegang tradisi lokal seperti Erau, Belian, dan melemang.

Selain itu, hubungan sosial masyarakat umumnya terjalin dalam bentuk kerja sama gotong royong. Kegiatan kolektif sering dilakukan, mulai dari membersihkan lingkungan, memperbaiki tempat ibadah, hingga panen bersama.

Kerja sama juga tampak pada bidang kesenian, olahraga, dan kesehatan.

Kendati demikian, potensi konflik juga masih ada. Konflik berskala kecil kerap muncul karena persoalan sepele, sedangkan konflik menengah melibatkan keributan antarwarga atau kelompok pemuda.

“Konflik berskala besar biasanya dipicu perebutan lahan atau tapal batas, termasuk ketegangan dengan perusahaan sekitar,” sambungnya.

Dalam struktur sosial, pranata formal tetap dijalankan oleh kepala desa dan rukun tetangga.

Namun, kewenangan informal masih melekat pada tokoh adat yang memegang kendali dalam urusan tradisi dan norma masyarakat.

Menyangkut sikap masyarakat terhadap keberadaan PT CSN, Yahya menyebut mayoritas warga menyatakan setuju dengan kehadiran perusahaan.

“Namun sikap mereka setuju bukannya tanpa alasan,” ujarnya.

Dukungan itu disertai berbagai harapan, seperti kesempatan kerja bagi warga lokal, peningkatan pendapatan, dukungan pendidikan berupa beasiswa, bantuan kesehatan, pola kemitraan, serta kompensasi jika terjadi polusi udara.(Adv)

Related posts

Kajian AMDAL PT CSN Ada Dampak Negatif, Pemrakarsa Mampu Bertanggung Jawab

Martinus

DLHK Kukar Pastikan Rencana Kegiatan PT CSN Sesuai Aturan Lingkungan

Martinus

Kajian Kesehatan Masyarakat Jadi Bagian AMDAL PT CSN

Martinus

Leave a Comment

You cannot copy content of this page