Sangatta, infosatu.co – Calon Bupati Kutai Timur (Kutim) Mahyunadi menegaskan akan memperjuangkan tenaga kerja lokal. Dia berjanji akan mengintervensi untuk mengajukan lowongan dari perusahaan.

“Kami prihatin dengan keluhan masyarakat Kutim dengan penyerapan tenaga kerja daerah. Mereka keluhkan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan,” kata Mahyunadi dalam orasi politiknya di Hotel Amar Sangatta, Kamis (15/10/2020).
Bakal Calon Bupati Kutim nomor urut 1 tersebut mengaku sudah sering mendengar keluhan dari masyarakat ketika blusukan ke berbagai daerah di Kutim. Menurutnya kalau dipercaya masyarakat Kutim menjadi Bupati, ia akan membuka penyerapan tenaga kerja di Kutim.
“Jika saya mendapatkan amanah menjadi Bupati Kutim, penyerapan tenaga kerja akan kami tingkatkan. Ini terkait bagaimana caranya agar perusahaan memberikan lowongan pekerjaan bagi masyarakat Kutim,” terangnya.
Mahyunadi akan meminta perusahaan untuk menerapkan perbandingan 70 persen banding 30 persen apabila perusahaan membuka lowongan tenaga kerja. Paslon bersama Lulu Kinsu dengan jargon “MaKin Maju untuk Perubahan” tersebut mengatakan bahwa dirinya akan memihak kepada kepentingan masyarakat Kutim.
“Akan kita batasi perusahaan yang ada di Kutim untuk menyerap tenaga kerja yang berasal dari luar Kutim. Artinya 30 persen dari tenaga kerja yang direkrut boleh dari luar, akan tetapi 70 persennya wajib masyarakat Kutim,” ucapnya.
Ia pun dengan tegas menolak berbagai macam pengajuan dari perusahaan yang dinilai tidak menyejahterakan masyarakat Kutim.
“Kalau dibilang perusahaan butuh karyawan yang memiliki skill, kami dari pemerintahan dan masyarakat Kutim sudah berikan lahan untuk perusahaan, maka kami tawarkan juga anak-anak kami. Didiklah anak-anak kami dari Kutim ini sampai memiliki skill supaya bisa bekerja di perusahaan,” ujarnya.
Mahyunadi tidak menginginkan di masa pemerintahannya nanti saat diberikan kepercayaan sebagai Bupati Kutim, masyarakat asli dari Kutim harus sejahtera. Sementara kekayaan alam mereka dikuras oleh perusahaan.
“Pemerintah harus memperhatikan hal seperti ini, jangan sampai masyarakatnya ibaratkan ayam mati di lumbung padi, karena kelaparan. Padahal itu lumbunya sendiri,” pungkasnya. (editor: irfan)